Memang belum banyak keputusan dari kabinetnya. Kita perlu melihat lagi lebih banyak keputusan dari istananya.
Kita belum bisa menjatuhkan vonis: Prabowo itu sama dengan Pak Jokowi. Atau Prabowo itu tidak sama. Bahkan berseberangan dengan Pak Jokowi.
Sampai sekarang pidato Prabowo yang menggelegar terus di viral kan. Juga pidato pertamanya di DPR saat dirinya dilantik.
Semua itu menggambarkan bahwa Prabowo serba tegas: berantas korupsi. Tegas: akan tegakkan hukum. Tegas: akan berpihak ke rakyat. Tegas: hanya akan mikir kesejahteraan rakyat.
Prabowo juga sudah tiga kali bertemu para menterinya. Pertama saat mereka dipanggil ke kediamannya di Jalan Kartanegara. Kedua saat dikumpulkan di villa besarnya di Hambalang. Ketiga Anda sudah tahu: di Akademi Militer di lembah Tidar, Magelang.
Di tiga kesempatan itu Prabowo konsisten. Serba tegas seperti tegas di atas. Bahkan, seperti dikatakan Wamen Tenaga Kerja, para menteri itu diminta mundur: kalau tidak bisa melaksanakan misi ketegasannya.
Ketegasan apa yang sudah dibuktikan di lapangan?
Belum ada. Belum. Bukan tidak ada. Masih terlalu dini untuk melihat bukti. Kita baru diperlihatkan satu keputusannya: siapa jadi menteri apa.
Dari situ kita masih ragu bahwa Prabowo akan setegas yang diomongkan.
Tapi itu baru dilihat dari satu keputusan. Perlu dilihat dari banyak putusan berikutnya. Sayangnya ia sudah keburu harus ke begitu banyak negara.
Mungkin sekalian ia memberi kesempatan kepada para menterinya untuk menyusun rencana. Harus cepat. Harus nyata. Harus seperti yang digariskan.
Mungkin juga, dalam praktik, rencana itu tidak bisa cepat. Setiap menteri punya wakil. Ada yang seirama dan ada yang punya potensi beda irama.
Saya lihat, banyak yang kalau menterinya kira-kira senang ke utara diberi wakil yang bisa membuatnya menoleh ke selatan. Di Kemenko Hankam, misalnya.
Tidak terasa Prabowo sudah sebulan jadi presiden --ketika ia pulang dari luar negeri nanti. Mungkin kita perlu waktu tiga bulan untuk tahu siapa Prabowo sebenarnya.