BACAKORANCURUP.COM - Sehubungan dengan adanya penambahan mata pelajaran baru yang berfokus pada keterampilan digital, seperti coding dan Artificial Intelligence (AI) yang diwacanakan Kemendikdasmen baru-baru ini.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Rejang Lebong cukup antusias dan menyambut baik program yang akan dicanangkan tersebut.
Kepala Disdikbud Rejang Lebong Drs Noprianto MM menyampaikan, sampai saat ini belum ada desain khusus terkait hal tersebut. Namun di beberapa sekolah, khususnya SMK dan SMA sudah ada yang mulai mengenalkan.
Bahkan kata dia, di Perguruan Tinggi juga sudah banyak yang dijadikan mata kuliah pilihan.
BACA JUGA:BRI Hormati Proses Hukum Dugaan Korupsi KUR, Komitmen Wujudkan Zero Tolerance To Fraud
BACA JUGA:Soal Kabar Pungutan Denda di Sekolah, Dewan Sambangi SMAN 1 Rejang Lebong!
Karena itu jika nantinya pembelajaran AI dan Coding ini diterapkan untuk siswa SD dan SMP, pihaknya mendukung penuh kebijakan tersebut.
"AI dan Coding banyak jenjangnya.
Di tingkat SD dan SMP paling bisa dikenalkan dasar dasar saja. Namun terkait wacana ini, kami cukup antusias dan menyambutnya dengan baik," kata dia.
Menurut Noprianto, program pembelajaran AI dan Coding ini sangat bisa berjalan baik, asalkan desain pelaksanaannya disusun secara cermat.
Karena dia juga berharap, para siswa bisa mengenal contoh-contoh pemanfaatan dan bentuk-bentuk AI dan Coding dalam kehidupan sehari hari.
"Kami berharap, seluruh siswa juga nantinya dapat menyambut baik pembelajaran AI dan Coding yang diwacanakan ini. Meskipun hanya dasarnya saja, saya pikir nantinya pembelajaran ini sangat bermanfaat untuk para siswa," pungkasnya.
Untuk diketahui, rancangan penerapan pembelajaran AI dan Coding ini menurut Menteri Dikdasmen Abdul Mu'ti, merupakan bagian dari upaya untuk memenuhi arahan Presiden dalam program digitalisasi pendidikan.
Akan tetapi, dirinya menyatakan bahwa AI dan coding akan menjadi mata pelajaran pilihan karena pengajaran ini membutuhkan infrastruktur yang canggih dan akses internet yang baik.
Bahkan untuk posisi sekarang, Mu'ti menuturkan, belum semua sekolah jenjang SD hingga SMA di Indonesia memiliki fasilitas yang dibutuhkan tersebut.