Mampir Guyon, Oleh: Dahlan Iskan

Senin 25 Nov 2024 - 17:52 WIB
Reporter : Gale
Editor : Radian

Kokkang pun membeli kalung senilai utang itu. Lalu mengajak ibunya untuk menyerahkan kalung itu sebagai pembayaran utang. 

"Ada juga utang ke warung-warung. Ibu pernah ambil belanjaan yang belum dibayar," ujar Kokkang. 

Kepada anak yang masih satu rumah dengan ibunya yang sudah tua, Kokkang punya saran: jangan mengajak bicara orang yang sudah tua dari jarak jauh. 

Orang tua itu penglihatannya sudah kurang. Juga pendengaran. Kalau diajak bicara dari jauh pikirannya bertanya-tanya: siapa yang lagi bicara itu. Lalu bicara apa. Semua tidak jelas. Muncullah emosi. Itu menambah parah orang tua. Emosi itu bahaya kalau datang saat lagi makan. Makanan yang sudah masuk mulut bisa disemburkan. Kokkang berkali-kali kena semburan di wajahnya. 

Sejak itu muncul ide: memberikan cerita di balik makanan yang akan disuapkan. Misalnya kenapa kurang gurih  akibat dikuranginya garam dan bumbu masak. 

Jangan pernah bilang bahwa garamnya sengaja dikurangi. Atau sengaja tidak pakai bumbu masak. Sebut saja ''pemerintah lagi melakukan operasi garam'' atau sebangsanya. 

"Anda kan sudah hampir lima tahun hanya merawat ibunda. Dari mana uang untuk hidup?" 

"Makan tabungan yang kian menipis," katanya. "Saya mau jual rumah yang di Surabaya." Rumah itu di dekat Krian. Di kampung. Luas tanahnya 8 x 12 meter. Itu dulu ia beli lewat KPR. Masih belum lunas. Masih harus nyicil tiga tahun lagi. 

"Tidak menyesal berhenti dari Jawa Pos?  

"Sama sekali tidak. Saya merasa bahagia bisa merawat ibu," katanya. "Saya justru menyesal tidak berhenti lebih awal agar sempat merawat almarhum bapak," tambahnya. 

"Banyak pembaca bertanya bagaimana istri Anda tinggal merawat ibunda". 

"Saya sudah cerai. Sudah lama". 

"Oh....". 

"Itu salah saya sendiri. Saya kerja siang malam. Pagi di perusahaan iklan. Malam di Jawa Pos. Istri kecantol orang..." 

Lama Kokkang menunduk. "Saya sudah berusaha melupakan. Itu salah saya sendiri...". 

Waktu kawin itu Kokkang masih hidup di rumah kontrakan. Ia ingin cepat-cepat bisa membelikan rumah untuk istri. Karena itu ia kerja siang dan malam. 

Kategori :

Terkait

Kamis 28 Nov 2024 - 20:02 WIB

Dramatik Datar, Oleh: Dahlan Iskan

Rabu 27 Nov 2024 - 19:46 WIB

Mabuk Dhani, Oleh: Dahlan Iskan

Selasa 26 Nov 2024 - 22:50 WIB

Doktor TK, Oleh: Dahlan Iskan

Senin 25 Nov 2024 - 17:52 WIB

Mampir Guyon, Oleh: Dahlan Iskan

Minggu 24 Nov 2024 - 21:23 WIB

Wanita Global, Oleh: Dahlan Iskan