Kebetulan.
Saya belum pernah lewat jalur Nanchang - Ganzhou - Shenzhen. Berarti melewati pegunungan yang kini lagi ditambang besar-besaran: tambang tanah jarang.
Itulah salah satu keunggulan Tiongkok: punya tambang besar tanah jarang. Lokasinya ada di kanan jalur Nanchang - Ganzhou.
Saya terkesima: kini ada jalur kereta cepat dari Ganzhou langsung ke Shenzhen. Padahal dulunya dari Ganzhou ke Shenzhen harus lewat Guangzhou. Dengan jalur langsung ini kota kabupaten terpencil Ganzhou pasti akan berkembang pesat.
Pukul 15.00 saya tiba di Shenzhen. Inilah saatnya me time di Shenzhen. Jarang bisa dapat me time seperti itu. Satu malam pula.
Ups. Gagal. Me time itu gagal.
Di stasiun kereta cepat Shenzhen saya sudah dijemput teman: diajak meninjau pabriknya di Dongguan. Ia orang Hong Kong. Kelahiran Dongguan. Kini punya pabrik di kampung asal.
Anda sudah tahu Dongguan: kota kabupaten tetangga Shenzhen. Anda juga sudah tahu: kekuatan ekonomi satu kabupaten ini saja sama dengan separonya satu negara Malaysia!
Tanyalah: ada pabrik apa di Dongguan. Anda jawab ngawur pun akan benar. Ekspor dari kabupaten ini hanya kalah dari satu provinsi Shanghai, dan Shenzhen!
Maka menjelang tahun baru Imlek ini bupati Dongguan pusing: pasti banyak pabrik yang libur. Dua minggu pula. Para buruh pasti mudik Lebaran 10 Februari. Mudik Lebaran adalah segala-galanya: sungkeman ke orang tua.
Bupati Dongguan pun tahun ini punya akal: Pemda memberi subsidi enam arah. Inilah Imlek pesta angpao dari Pemda.
Perusahaan yang berhasil tidak libur, diberi uang. Perusahaan yang pendapatannya naik 25 persen diberi subsidi. Buruh yang tidak mudik diberi uang per orang hampir sebulan gaji.
Saya jadi bergairah mendengar kiat-kiat bupati menjaga ekonomi daerahnya. Tak apalah bahwa itu berarti hilangnya me time di Shenzhen.
Pukul 22.00 saya baru tiba kembali di Shenzhen. Mata sudah lima watt. Obat malam ketinggalan di mobil. Harus nunggu lagi –tinggal 1 watt.