Teguh meraih doktor dengan predikat sangat memuaskan. Intinya seperti yang saya tulis kemarin. Pipa-pipa di boiler type CFB itu sering bocor.
PLTU harus berhenti. Tiga bulan kemudian bocor lagi. Berhenti lagi. Bahkan setiap dua bulan.
Teguh pun menemukan teori agar tube tersebut dilapisi dengan campuran lima bahan dengan unsur utamanya nikel. Bahkan dengan coating itu temperatur yang dipindahkan ke air bisa lebih tinggi.
Teguh terlihat begitu menguasai soal coating ini. Ia sampai ke lab di California untuk mengujinya.
“Soal coating tube boiler ini sebenarnya sampingan saja," ujar Teguh menjawab pertanyaan promotor. "Keahlian saya yang utama adalah vibrasi," tambahnya. Yakni vibrasi pada turbin pembangkit listrik.
Menurut Teguh, 60 persen kerusakan mesin itu timbul akibat kesalahan operasional. Misalnya akibat pemeliharaan yang kurang baik. Bisa juga mesin yang sudah waktunya dipelihara masih dipaksa jalan.
"Mesin itu benda mati. Tidak bisa salah," katanya. "Jadi tidak ada istilah barang bekas di mesin.
Yang ada adalah mesin yang dirawat dengan baik atau tidak," tambahnya. Setiap perawatan mesin, katanya, harus bisa mengembalikan mesin pada posisi baru.
Promotor Teguh membuka ''rahasia'' di balik raihan doktor di usia 58 tahun ini.
"Saya sering ditanya orang, Teguh itu doktor lulusan mana. Kok hebat," katanya.
"Saya jawab, lulusan UB. Karena itu saya lantas minta agar Teguh benar-benar kuliah S-3 di UB saja," katanya.
Sang promotor adalah alumni teknik mesin UB tahun 86. Seangkatan dengan Teguh. Angkatan itu terkenal karena punya ''walisongo''.
Yakni sembilan mahasiswa yang tidak kunjung lulus. Mereka tidak pernah punya niat untuk ikut ujian akhir. Mereka sibuk sebagai aktivis.
Akhirnya sembilan mahasiswa itu sepakat ikut ujian. "Kami semua lulus. Hanya satu yang tidak lulus yakni Teguh," katanya.
Tapi ya itulah nasib orang. "Yang lulus seperti saya jadi dosen. Yang tidak lulus seperti Teguh jadi direktur utama perusahaan besar," guraunya.
Teguh sendiri akhirnya lulus juga. Itu, katanya, berkat dorongan ibunya.