Kelebihannya: tidak harus di bawah tanah. Juga tidak perlu pakai rel baja. Barang itu berjalan sesuai dengan penunjuk jalan yang digambar di atas aspal. Bentuknya garis-garis. Penanda itulah yang dibaca oleh pemindai.
Di Zhuzhou sendiri sudah diuji secara detail. Tahun 2018 sudah resmi mulai dipakai. Setelah dievaluasi hasilnya baik. Lalu jalurnya pun ditambah. Tidak hanya jalur timur-barat, juga utara selatan. Rute 1 dari ujung timur kota ke ujung barat. Rute 2 dari pinggir utara kota ke pinggir selatan.
Malaysia sudah lama serius akan menggunakannya. Batal. Setelah diseriusi ternyata malah bikin macet. Terutama karena lebar badan jalan yang diperlukan hampir separo jalan sendiri.
Sudah lima kota di lima negara yang serius menjajaki akan menggunakan barang itu. Tapi baru IKN yang akan difungsikan dalam waktu dekat, mulai hari-hari ini.
Rasanya IKN memang tepat sebagai kota pertama yang mengoperasikannya di luar Zhuzhou. Belum ada jenis angkutan umum lainnya di IKN. Jalan rayanya juga baru. Badan jalannya maupun aspalnya. Masih sepi. Aspalnya bisa digambari apa saja selain gambar kepala banteng.
Hasilnya: semoga lancar.
''T e r l a l u'' –sambil membayangkan wajah muda Rhoma Irama– kalau ada yang mendoakan agar barang itu mogok.
Sama ''t e r l a l u n y a'' dengan yang mendoakan agar tanggal 17 Agustus itu IKN diguyur hujan. Tanpa Anda doakan pun potensi hujan memang besar. Ini bulan Agustus –musim hujan di Kaltim. Bukalah ramalan cuaca di Google. Balikpapan sangat mendung sepanjang hari itu. Tapi IKN bukan Balikpapan –meski bandaranya, untuk sementara, ikut Balikpapan.
Kota Zhuzhou belakangan kian penting. Persilangan kereta cepat (Whoosh-nya Tiongkok) ada di kota ini. Yakni persilangan kereta jarak jauh Beijing ke Guangzhou, dari utara ke selatan. Juga persilangan dari timur ke barat, dari Shanghai ke Kunming.
Kian banyak foto-foto terbaru IKN viral di dunia maya. Saya termasuk yang bangga melihatnya –mungkin karena justru tidak melihatnya dari dekat.