BACAKORANCURUP.COM – Setiap tanggal 30 September, kita diingatkan akan sebuah peristiwa bersejarah yang penuh misteri dan kontroversi, yaitu G30S/PKI
. Tragedi ini tidak hanya meninggalkan luka mendalam bagi bangsa Indonesia, tetapi juga menjadi titik balik dalam perjalanan politik negeri ini.
Namun, mengapa peristiwa ini bisa terjadi? Apa yang menjadi latar belakangnya? Mari kita telusuri kembali akar dari peristiwa yang mengubah Indonesia selamanya.
Ketegangan Politik Antara PKI dan Angkatan Darat
Di awal 1960-an, Partai Komunis Indonesia (PKI) berada di puncak kekuatan politik, didukung oleh Presiden Soekarno. Namun, di balik kekuatan ini, ketegangan antara PKI dan Angkatan Darat semakin meningkat.
BACA JUGA:Sejarah dan Misteri Museum Fatahillah di Kota Tua Jakarta, Hantu Kolonial atau Hanya Legenda ?
BACA JUGA:Transisi Pemerintahan Jokowi ke Prabowo Mulus, Dirjen IKP: Layak Dicatat Sejarah
PKI mendukung ideologi komunis yang bertentangan dengan pandangan konservatif militer. Kecurigaan terhadap rencana kudeta oleh Dewan Jenderal yang disebut-sebut akan menggulingkan Soekarno menjadi pemicu utama ketegangan ini.
Bagaimana ketegangan ideologi ini bisa tumbuh subur? Apakah hanya masalah politik atau ada pengaruh internasional yang turut memperkeruh suasana? Menjelang malam kelam 30 September 1965, pertanyaan-pertanyaan ini mulai terjawab meskipun tidak pernah sepenuhnya terungkap hingga sekarang.
Situasi Sosial dan Ekonomi yang Memburuk
Selain masalah politik, kondisi sosial dan ekonomi Indonesia saat itu sangat memprihatinkan. Inflasi yang melambung tinggi, kelangkaan pangan, dan kemiskinan yang merajalela membuat situasi semakin tidak stabil.
PKI memanfaatkan kondisi ini dengan menggerakkan kaum buruh dan petani, yang meningkatkan pengaruh mereka di kalangan rakyat. Di sisi lain, Angkatan Darat semakin waspada terhadap PKI, yang dianggap memiliki potensi untuk menggoyang kekuasaan militer.
Pembaca dapat mengeksplorasi lebih jauh tentang bagaimana kondisi sosial-ekonomi turut berperan dalam memicu konflik ini melalui buku seperti "Pretext for Mass Murder: The September 30th Movement and Suharto's Coup d'Etat in Indonesia" karya John Roosa, yang memberikan analisis mendalam mengenai keterkaitan antara faktor ekonomi dan politik.