Baca Koran curupekspress Online - bacakorancurup.com

Refleksi 1 Muharram, Menag Imbau Rayakan Dengan Penuh Refleksi dalam Keheningan

Ist Menteri Agama Republik Indonesia Nasaruddin Umar.--

BACAKORANCURUP.COM - Umat Islam memperingati tahun baru 1447 Hijriah yang bertepatan dengan hari ini, Jumat, 27 Juni 2025. Tahun baru Islam ini mengikuti kalender hijriyah yang ditetapkan oleh Khalifah Umar Ibn Khattab sekitar tahun 638 Masehi, sekitar 6 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. 

Menteri Agama Nasaruddin Umar mengungkapkan, tahun baru hijriah diambil dari momentum hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah lebih dari 14 abad lalu. Peristiwa ini membawa makna mendalam bagi perjalanan dakwah Nabi Muhammad Saw. Islam kemudian tersebar ke berbagai penjuru dunia.

Menag berharap hijrah bisa menjadi momentum tidak semata berpindah tempat dan waktu, tapi juga arah dan tujuan hidup yang lebih baik dan berkualitas.

BACA JUGA:Lindungi Masa Depan, Lindungi Tanah dengan Cara Sertipikat kan Tanah ke ATR/BPN

BACA JUGA:Prabowo Optimis Indonesia Swasembada Pangan, Dalam Waktu 1 Tahun

Menag mengutip salah satu pesan Al-Quran, Surah At-Taubah ayat 20:

 

ٱلَّذِينَ آمَنُوا۟ وَهَاجَرُوا۟ وَجَـٰهَدُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِ ۚ وَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَآئِزُونَ

Alladhīna āmanū wa hājārū wa jāhadū fī sabīli-llāhi bi-amwālihim wa anfusihim aʿẓamu darajatan ʿinda-llāh, wa-ulāʾika humu-l-fāʾizūn.

 

Artinya : Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka lebih agung derajatnya di hadapan Allah. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.

“Hijrah dalam ayat ini bukan sekadar berpindah tempat, tapi berpindah arah. Dari gelap ke terang. Dari stagnan ke tumbuh. Dari biasa-biasa saja ke luar biasa dalam nilai dan kontribusi,” pesan Menag.

“Hari ini, mari kita tanyakan pada diri kita masing-masing. Sudah sejauh mana kita berhijrah dari rutinitas yang kering makna menuju amal yang bernilai? Sudahkah kita membawa Islam tidak hanya di kartu identitas, tapi juga dalam kejujuran, dalam kasih sayang, dalam tindakan sehari-hari?,” lanjutnya.

Tahun Baru Islam, kata Menag, tidak datang dengan kemeriahan pesta. Ia hadir dalam sunyi, dalam zikir, dan dalam refleksi yang hening. Menurut Menag, di situlah kekuatannya. Sebab, perubahan besar sering dimulai dari perenungan yang paling dalam.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan