Bukan Cuma Cari Nafkah, Inilah Pentingnya Peran Ayah dalam Hidup Anak Laki-Laki !
IST Kedekatan ayah dan anak laki-laki nya--
BACAKORANCURUP.COM - Selama ini, perhatian terhadap pentingnya hubungan emosional dalam keluarga sering kali terfokus pada peran ibu.
Padahal, keterlibatan ayah, khususnya dalam kehidupan anak laki-laki, memiliki pengaruh yang sangat besar dan tidak dapat diabaikan.
Hubungan yang hangat antara ayah dan anak laki-laki bukan hanya penting, tetapi juga menjadi fondasi dalam pembentukan karakter, cara berpikir, serta perkembangan emosional yang sehat.
Melansir dari Kompas.com, Sukmadiarti Perangin-angin, M.Psi, seorang psikolog keluarga menyatakan bahwa kehadiran ayah dalam kehidupan anak laki-laki bukan hanya pelengkap, melainkan kebutuhan.
Ayah tidak hanya berfungsi sebagai pencari nafkah, tetapi juga sebagai panutan utama dalam membentuk konsep diri dan peran gender anak laki-laki sejak usia dini.
BACA JUGA:Bekal Anak TK Tanpa Nasi ? Ini 7 Menu Sehat yang Bikin Si Kecil Lahap !
BACA JUGA:Takut Dilacak Google ? Begini Cara Lindungi Data dan Bersihkan Riwayat Online
1. Ayah sebagai Role Model
Setiap anak laki-laki membutuhkan sosok panutan laki-laki yang aman, kuat secara emosional, dan penuh kasih. Kedekatan dengan ayah membantu anak memahami bahwa menjadi laki-laki bukan berarti harus selalu dominan, keras, atau tidak boleh menangis.
Melalui interaksi sehari-hari, ayah dapat menunjukkan bahwa kekuatan sejati terletak pada kepercayaan diri, ketenangan, dan kemampuan menjalin hubungan yang sehat.
Sukmadiarti menekankan bahwa anak laki-laki perlu melihat contoh nyata tentang bagaimana pria bisa bersikap tegas tanpa agresi, berdaya tanpa menindas, serta penuh empati tanpa dianggap lemah. Dengan begitu, mereka akan memiliki gambaran utuh tentang maskulinitas yang tidak toksik, melainkan sehat dan konstruktif.
Namun, ketika relasi ayah dan anak renggang, penuh jarak, atau bahkan diwarnai tekanan, anak berisiko tumbuh dengan konsep maskulinitas yang sempit. Ini bisa mendorong mereka untuk membuktikan "kejantanan" melalui perilaku negatif, seperti menunjukkan agresi berlebihan atau menutup diri dari emosi mereka sendiri.
2. Mengajarkan Kecerdasan Emosional Sejak Dini