Baca Koran curupekspress Online - bacakorancurup.com

Efek Penggunaan HP pada Anak, Inilah Alasan Anak Cowok dan Cewek Bereaksi Berbeda !

IST Anak-anak yang sudah kecanduan bermain HP--

 

 

BACAKORANCURUP.COM - Pernahkah kamu memperhatikan, bagaimana anak-anak hari ini bisa begitu lekat dengan HP mereka ? Begitu layar menyala, dunia sekitar seolah lenyap. Kalau anak laki-laki sedang main game, coba saja suruh berhenti, pasti bisa langsung ngambek, marah, bahkan meledak.

Sementara anak perempuan, begitu tak bisa membuka media sosial, mendadak murung, gelisah, dan merasa "ada yang hilang."

Fenomena ini sering dianggap hal biasa oleh orang tua. "Namanya juga anak zaman sekarang." Padahal, di balik kebiasaan itu, ada pola besar yang sedang terbentuk dalam otak dan emosi anak-anak kita. Dan, menariknya, dampaknya tidak sama antara anak laki-laki dan perempuan.

Riset berskala dunia yang dilakukan oleh Sapien Labs (Global Mind Project) menganalisis lebih dari 2 juta anak dan remaja di 163 negara. Peneliti menggunakan ukuran bernama Mind Health Quotient (MHQ), semacam indeks keseimbangan kesehatan mental, yang mengukur emosi, fungsi sosial, hingga kemampuan berpikir. Skornya berkisar antara -100 (sangat tertekan) hingga +200 (sejahtera mental).

Dari hasil analisis yang sangat luas itu, ditemukan fakta mencengangkan, bahwa semakin muda usia anak memiliki HP pribadi, semakin rentan kondisi mentalnya.

Anak yang memiliki HP sejak usia 5 tahun rata-rata hanya memiliki skor MHQ sekitar +1, hampir masuk kategori "depresi ringan". Sementara anak yang baru mendapat HP di usia 13 tahun, skornya bisa mencapai +30, masih dalam zona "berjuang", tapi jauh lebih stabil secara emosional dan sosial.

Menurut hasil penelitian itu, anak laki-laki dan perempuan ternyata memproses pengalaman digital dengan cara yang sangat berbeda.

Ketika anak laki-laki bermain game, otak mereka memproduksi dopamin, hormon yang memberi rasa senang dan "kemenangan." Setiap kali mereka menang atau naik level, otak seperti menekan tombol "reward". Masalahnya, semakin sering ditekan, semakin sulit berhenti.

Inilah sebabnya mengapa banyak anak laki-laki bisa marah besar ketika diminta berhenti bermain. Mereka kehilangan "rem", yaitu sistem kendali diri di otak yang berfungsi menyeimbangkan impuls dan logika. Dalam jangka panjang, ini bisa membuat mereka kesulitan fokus, sulit menerima kekalahan, dan cepat frustrasi.

Sementara anak perempuan cenderung lebih aktif secara emosional dan sosial. Media sosial, dengan segala pujian, komentar, dan perbandingan, menjadi "cermin digital" tempat mereka mencari validasi diri. Setiap like, comment, atau view terasa seperti ukuran nilai diri.

Tapi ketika cermin itu retak, seperti saat unggahan tak ramai, atau teman terlihat "lebih sempurna", muncul rasa cemas, rendah diri, bahkan depresi. Seiring waktu, anak perempuan menjadi lebih rentan terhadap overthinking, social comparison, dan kecemasan sosial.

Jadi kalau anak laki-laki kehilangan rem, maka anak perempuan kehilangan cermin.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan