Mengenal "Poop Coffee", Fenomena Kopi dari Kotoran Hewan yang Jadi Komoditas Termahal di Dunia
IST Poop coffee--
BACAKORANCURUP.COM - Fenomena kopi yang diproses melalui kotoran hewan, akrab disebut poop coffee atau "naturally refined coffee", masih menjadi salah satu niche paling unik, langka, sekaligus penuh perdebatan dalam industri kopi internasional.
Di seluruh dunia, kopi jenis ini menarik perhatian bukan hanya karena prosesnya yang tidak biasa, tetapi juga karena klaim rasa dan nilai eksklusif yang membuatnya dijual dengan harga selangit.
Selama ini kopi luwak memang terkenal sebagai pionir, tetapi jika ditelusuri lebih jauh, terdapat banyak varian lain yang berasal dari beragam hewan seperti gajah, burung Jacu, monyet, hingga kelelawar.
Setiap hewan memberi sentuhan biologis yang berbeda, sehingga membentuk profil rasa, tingkat kompleksitas produksi, serta kelangkaan yang juga tidak sama.
BACA JUGA:Inilah Cara Aman Konsumsi Sayuran Tinggi Gula agar Gula Darah Tetap Stabil
BACA JUGA:Tips Perawatan Rambut Pria Anti Rontok Ala Dokter Tirta, Wajib Dicoba !
Secara garis besar, poop coffee adalah biji kopi yang dimakan oleh hewan, kemudian mengalami proses pencernaan tertentu. Di dalam tubuh hewan, biji mengalami fermentasi alami, reaksi enzimatis, atau interaksi kimia yang memengaruhi struktur protein dan karbohidratnya.
Begitu biji dikeluarkan kembali, produsen akan membersihkan, menjemur, lalu mengolahnya seperti kopi pada umumnya. Proses biologis inilah yang sering dianggap memecah protein penyebab rasa pahit sehingga profil rasanya lebih halus
. Laporan dari NPR dan National Geographic menegaskan bahwa titik unik kopi-kopi ini adalah enzymatic refinement, di mana tubuh hewan bertindak sebagai "mesin pengolah alami" yang memodifikasi rasa tanpa intervensi tambahan manusia.
1. Kopi Luwak
Kopi luwak merupakan varian yang paling dikenal luas. Luwak memilih ceri kopi yang matang secara alami, kemudian enzim pencernaannya memecah komponen tertentu sehingga menghasilkan rasa yang lembut, earthy, dengan sentuhan cokelat dan tingkat kepahitan rendah.
Namun popularitas ini juga memunculkan isu besar mengenai kesejahteraan hewan. Banyak produsen masih mengandangkan luwak dan memberinya pakan tidak alami demi memaksimalkan produksi, yang justru menurunkan kualitas dan menimbulkan masalah etik. Kopi luwak liar, yang jauh lebih jarang, bisa mencapai harga US$600 per pound karena kesulitannya dalam pengumpulan dan keterbatasan produksi.
2. Black Ivory Coffee
Berbeda dari luwak, gajah memiliki sistem pencernaan panjang yang menghasilkan fermentasi mendalam. Inilah yang membuat Black Ivory Coffee dari Thailand terkenal dengan rasa yang sangat lembut dan minim kepahitan. Proses fermentasi di perut gajah menyerupai cara kerja pembuatan bir atau wine, pencernaan selulosa membuat aroma dan rasa buah pada ceri kopi "kembali menempel" pada biji.