Mengenal Fenomena Coffee Shop Hopping, Tren Kekinian yang Ternyata Didukung Sains
Menyelesaikan pekerjaan di coffee shop yang menjadi tren saat ini--
BACAKORANCURUP.COM - Dalam beberapa tahun terakhir, kebiasaan melakukan coffee shop hopping, yakni berpindah dari satu kafe ke kafe lain, mulai berkembang menjadi gaya hidup baru di kalangan anak muda, terutama pekerja awal karier dan mahasiswa.
Aktivitas ini tidak hanya dilakukan demi mencoba berbagai jenis kopi atau mencari tempat nongkrong yang menarik. Banyak orang mulai menjadikan kafe sebagai ruang kerja alternatif yang dianggap mampu memberikan kenyamanan, suasana estetik, serta fokus yang mungkin sulit didapatkan di rumah maupun kantor.
Menariknya, fenomena ini ternyata memiliki dasar ilmiah. Sebuah penelitian dari University of British Columbia pada tahun 2012 menunjukkan bahwa tingkat kebisingan ringan sekitar 70 desibel, mirip dengan suara ambient yang sering terdengar di coffee shop, justru dapat merangsang kreativitas.
Bunyi-bunyi seperti suara mesin espresso, obrolan yang samar, atau musik pelan menciptakan kondisi yang disebut moderate noise. Tingkat kebisingan semacam ini mendorong otak untuk berpikir lebih abstrak dan fleksibel, sehingga memunculkan ide-ide baru dengan lebih cepat dan alami. Inilah sebabnya banyak orang merasa inspirasi datang lebih mudah saat mereka bekerja dari kafe.
BACA JUGA:Inilah Rahasia Jennifer Coppen Jaga Kulit Sensitif Anak Tetap Sehat
BACA JUGA:Berita Artis Cerai Bikin Overthinking ? Coba Terapkan Tips Ini
Selain faktor suara, suasana fisik sebuah coffee shop juga berpengaruh besar terhadap mood dan kualitas fokus seseorang.
Studi dari International Journal of Environmental Research & Public Health (2020) menjelaskan bahwa elemen-elemen khas di kafe, mulai dari aroma kopi yang menenangkan, pencahayaan hangat yang tidak menyilaukan mata, hingga tekstur kayu yang memberi kesan alami, dapat menurunkan tingkat stres sekaligus meningkatkan kenyamanan emosional.
Lingkungan seperti ini membantu tubuh dan pikiran masuk ke kondisi yang lebih rileks, sehingga pekerjaan terasa lebih ringan untuk diselesaikan.
Aroma kopi sendiri memiliki efek menarik. Penelitian dari Seoul National University menemukan bahwa aroma kopi mampu meningkatkan tingkat kewaspadaan (alertness) dan mengurangi stres oksidatif pada tikus yang kurang tidur.
Secara sederhana, berada di sekitar aroma kopi dapat membuat seseorang merasa lebih segar dan fokus, bahkan tanpa meminumnya.
Hal ini menjelaskan mengapa banyak orang merasa "lebih hidup" atau lebih siap bekerja ketika memasuki coffee shop.
Selain itu, coffee shop sering berfungsi sebagai third place, yaitu ruang netral di luar rumah maupun kantor yang membuat seseorang merasa lebih bebas dan tidak tertekan. Di rumah, terlalu banyak distraksi, mulai dari kasur yang menggoda hingga tugas-tugas domestik, sementara di kantor tekanan pekerjaan dan suasana formal bisa menghambat kreativitas.
Kafe menjadi titik tengah, suasana cukup santai namun tetap mendukung produktivitas. Orang-orang yang berada di sekitar kita juga turut memengaruhi ritme kerja. Ketika kita melihat orang lain sedang bekerja, membaca, atau mengetik, otak menangkap sinyal sosial yang mendorong kita untuk ikut fokus. Efek ini dikenal sebagai social facilitation, di mana kehadiran orang lain membuat seseorang bekerja dengan lebih baik.