Sementara itu, Davide Tardozzi juga menyatakan keraguannya terhadap mesin baru. “Mesin ini akan digunakan selama dua tahun, jadi saat ini keseimbangannya lebih condong ke mesin 2024. Namun, keputusan final akan dibuat di Thailand,” ujarnya dengan diplomatis.
Dua hari pengujian di Buriram akan menjadi penentu keputusan Ducati. Mereka harus memastikan apakah peningkatan yang ditawarkan oleh mesin 2025 sepadan dengan risikonya atau tetap bertahan dengan mesin 2024 yang telah mendominasi musim sebelumnya, memenangkan 19 dari 20 balapan sepanjang 2024.
"Kita tidak bisa mengambil risiko yang tidak perlu. Dengan paket sebelumnya, Ducati telah memenangkan 19 dari 20 balapan. Namun, tentu saja, para teknisi selalu ingin meningkatkan performa," ujar Marc Marquez.
Jika Ducati tidak sepenuhnya yakin dengan performa mesin baru, maka bertahan dengan GP24 mungkin menjadi keputusan yang lebih bijaksana.
Meskipun mesin 2025 memiliki beberapa keunggulan, ada banyak aspek teknis yang masih perlu dipahami secara mendalam.
Pilihan Ducati untuk 2025 bukan sekadar keputusan teknis, tetapi juga strategi jangka panjang yang akan menentukan dominasi mereka di MotoGP.
Dengan Marc Marquez dan Francesco Bagnaia sebagai pembalap utama serta tim teknis Ducati Corse yang terkenal dengan keunggulan teknologinya, mereka memiliki semua sumber daya untuk membuat keputusan yang tepat.
Namun, dalam dunia balap, setiap detail harus diperhitungkan dengan cermat. Mesin, sasis, dan aerodinamika harus dipikirkan secara menyeluruh.
Keputusan ini, yang akan berlaku selama dua tahun, bisa menjadi kunci kesuksesan Ducati—atau malah menjadi bumerang jika terlalu berhati-hati dalam mengambil langkah.