INI sepertinya belum diatur dalam hukum perang: boleh atau tidak.
Tapi kenyataannya kian sering terjadi: membunuh musuh dari jarak jauh. Tanpa ada deklarasi perang sebelumnya.
Seorang jenderal intelijen Iran terbunuh dua hari lalu. Yang membunuh berada di jarak ribuan kilometer. Di negara lain.
Sang jenderal lagi dalam kunjungan ke Damaskus, Syria. Jam 10.30 itu ia lagi berada di sebuah gedung bertingkat.
BACA JUGA:Nusantara Indonesia, Oleh: Dahlan Iskan
BACA JUGA:Emas Budi, Oleh: Dahlan Iskan
Gedung itu memang sering dipakai para pejabat militer Iran. Hubungan Iran dan Syria sangat baik.
Di siang bolong itulah sebuah drone melayang di udara Syria. drone tanpa awak itu meluncurkan senjata. Tepat mengenai sasaran.
Gedung itu hancur. Terbakar. Brigjen Sadegh Omidzadeh tewas seketika. Demikian juga deputinya: Hajj Gholam. Pun tiga staf lainnya.
Secara intelijen gedung itu sudah memenuhi syarat: berada di kompleks kedutaan besar banyak negara. Di kawasan seperti itu biasanya aman dari serangan.
BACA JUGA:Penduduk Turun, Oleh: Dahlan Iskan
BACA JUGA:Psyche Stress, Oleh: Dahlan Iskan
Tapi serangan model baru ini seperti sniper jarak jauh. Tepat sasaran. Tanpa mengenai dan mengganggu gedung di sebelahnya.
Ketepatan sasaran diatur lewat komputer. Berarti tugas sniper tradisional sudah tergantikan. Dengan teknologi ini sang sniper tidak harus mencari posisi menembak yang tepat. Ia bisa melakukannya dari mana saja.
Kali ini pelakunya Israel. Iran juga pernah kehilangan jenderal dengan cara yang mirip. Hanya pelakunya bukan Israel, langsung bos besarnya: Amerika Serikat.