Ini Alasan Kenapa Kamu Harus Beralih dari Spatula Plastik ke Silikon atau Kayu

Kamis 20 Nov 2025 - 10:00 WIB
Reporter : Lola Angraeni
Editor : radian

BACAKORANCURUP.COM - Pemilihan spatula sebagai alat bantu memasak sering kali dianggap hal sepele. Banyak orang memilihnya hanya berdasarkan bentuk, warna, atau harga tanpa mempertimbangkan bahan pembuatnya.

Padahal, menurut para ahli, material yang digunakan pada spatula berpotensi menjadi sumber bahaya tersembunyi yang dapat memengaruhi kesehatan dalam jangka panjang.

Salah satu pihak yang memberikan perhatian terhadap isu ini adalah Ahli Biomedik dari IPB University, Benedikta Diah Saraswati. Ia menegaskan bahwa spatula berbahan plastik sebenarnya menyimpan risiko yang tidak bisa diabaikan, terutama ketika digunakan pada suhu tinggi.

Diah menjelaskan bahwa plastik memiliki batas ketahanan panas tertentu. Ketika melebihi ambang batas tersebut, plastik dapat mengalami degradasi termal atau kerusakan struktur akibat panas.

BACA JUGA:Inilah Cara Aman Konsumsi Sayuran Tinggi Gula agar Gula Darah Tetap Stabil

BACA JUGA:Tips Perawatan Rambut Pria Anti Rontok Ala Dokter Tirta, Wajib Dicoba !

"Saat terkena suhu tinggi, ikatan kimia dalam polimer bisa terurai dan melepaskan senyawa berbahaya ke makanan," ujarnya dalam keterangan resmi IPB University.

Proses terurainya polimer inilah yang berpotensi mencemari makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Beberapa senyawa berbahaya yang mungkin dilepaskan dari plastik tersebut adalah bisphenol A (BPA), ftalat, formaldehida, dan amina aromatik.

Zat-zat ini termasuk ke dalam kelompok bahan kimia yang banyak diteliti karena efeknya terhadap kesehatan manusia. Diah menyebut BPA sebagai salah satu contoh paling umum. BPA dikenal sebagai senyawa yang dapat mengganggu sistem endokrin, yaitu sistem hormon dalam tubuh.

"BPA bisa memengaruhi kerja hormon estrogen, sehingga berpotensi mengacaukan keseimbangan hormonal," jelasnya.

Paparan BPA secara terus-menerus dalam jangka panjang dapat memicu berbagai masalah kesehatan serius. Di antaranya adalah gangguan kesuburan, resistensi insulin yang dapat berujung pada diabetes tipe 2, gangguan perkembangan janin pada ibu hamil, hingga peningkatan risiko kanker tertentu. Dampak ini semakin besar apabila plastik tersebut digunakan berulang kali dalam kondisi panas, seperti aktivitas memasak harian.

Tak hanya BPA, Diah juga menyoroti risiko saat spatula plastik mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan, seperti meleleh.

Kondisi meleleh menandakan bahwa struktur plastik sudah tidak stabil, dan pada fase itu bahan tersebut dapat melepaskan sisa monomer. Monomer merupakan unit dasar pembentuk plastik dan beberapa jenis monomer bersifat neurotoksik (dapat merusak saraf) dan karsinogenik (memicu kanker). Ketika monomer terlepas ke makanan dan tertelan, potensi bahaya bagi tubuh akan semakin besar.

Selain itu, gesekan antara spatula plastik dan permukaan alat masak pada suhu tinggi juga dapat menghasilkan partikel mikroplastik.

Mikroplastik yang sangat kecil ini dapat tercampur dengan makanan tanpa disadari. Setelah masuk ke dalam tubuh, partikel ini dapat menembus lapisan usus, masuk ke aliran darah, kemudian mengendap di organ atau jaringan tubuh tertentu.

Kategori :