Katolik Kristen, Oleh: Dahlan Iskan

Jumat 13 Sep 2024 - 21:10 WIB
Reporter : gale
Editor : radian

Sudung jadi sarjana hukum di Universitas Indonesia (UI). S-2 nya pun di bidang hukum. Lalu jadi jaksa. Jadi orang terpandang. Pernah menjadi  kepala Kejaksaan Tinggi, Jakarta. Di Bandung, Daulat jadi insinyur. Arsitek. Lulusan ITB. Lalu jadi pegawai negeri. Daulat bekerja di PU Sumut di Medan. Sudah lama pensiun. Seumur saya: 73 tahun. 

Mereka menjadi punya waktu. Lalu terpikir kejadian puluhan tahun sebelumnya. Saat Orde Baru. Yakni ketika menteri pariwisata (waktu itu) Joop Ave datang ke Medan. Keduanya menemui sang menteri. Bersama tokoh Batak lainnya. 

Saat itulah Joop Ave mengucapkan kata-kata yang terus terngiang di pikiran mereka: bangunlah patung Yesus di Toba. Yang tertinggi di dunia. Itulah objek wisata yang akan jadi daya tarik tambahan bagi danau Toba. 

Kata-kata Joop Ave itu tenggelam. Lama. Lalu muncul lagi saat mereka sudah pensiun. Proses pembangunan Patung Yesus di Sibea-Bea, Samosir.-Scrupulous / Wikipedia-Scrupulous / Wikipedia 

Tahun 2018 mereka mendirikan yayasan: Yayasan Jadilah Terang Danau Toba. Sudung jadi ketua pembina di yayasan. Daulat satu-satunya arsitek di yayasan itu. Warga Situmorang menjadi inti dari yayasan itu. 

Sebagai arsitek Daulat tahu apa yang harus dilakukan: membuat perencanaan. Mereka tahu di mana lokasi terbaik: di atas bukit tandus berbatu di kampung halaman. Posisinya bagus sekali. Ketinggian bukit itu 100 meter dari permukaan air danau Toba. 

Kalau patung dibangun di situ langsung bisa seperti Yesus sedang memberkati seluruh danau Toba. Sudah termasuk Pulau Samosir di tengahnya. 

Saya berbincang lama dengan Daulat. Kemarin. Saya baru tahu: inilah patung Yesus tertinggi di dunia yang dikerjakan dengan keikhlasan tertinggi pula. 

Sudung dan Daulat pun mengadakan pertemuan dengan warga Sibeabea. Rencana itu dipaparkan. Secara lisan. Tidak ada proposal lengkap seperti umumnya proyek besar. Semuanya ada di kepala sang arsitek. 

Warga pun setuju. Bukit itu tidak bertuan. Tidak perlu biaya pembebasan. Luasnya 15 hektare. Jadilah patung Yesus dibangun di situ. Tidak ada warga yang mengklaim sebagai pemilik tanah. Untuk mulai membangunnya tidak perlu menunggu dana terkumpul. Daulat cukup meminjam satu alat berat dari PU. Hanya perlu bayar satu orang operator dan membeli bahan bakarnya. 

Dengan satu alat berat itu Daulat merintis jalan menuju puncak bukit. Jauhnya 1,2 km. Naik dan naik. Berliku. Mengikuti kontur bukit. 

Ketika sudah terbuka sampai puncak dilakukanlah pemotongan puncaknya. Agar bisa didapat tanah rata di puncak itu. 

Jadilah ketinggiannya berkurang. Jadi tinggal 90 meter dari permukaan air danau Toba. 

Badan jalan yang dibuat Daulat lebarnya 12 meter. Batu mudah didapat di sana. Tidak perlu beli. Kualitas badan jalan pun bagus. Tinggal dilakukan pengaspalan. Selebar 7 meter. Tidak banyak lagi biaya. Setelah badan jalan selesai barulah mereka minta bantuan pengaspalan dari PU pusat. Dengan mudah permintaan itu dipenuhi --karena badan jalan sudah jadi. Berapa miliar rupiah kalau proyek itu pakai dana negara. 

Untuk membangun patungnya Daulat yang merancang. Mulai bentuk sampai rancangan konstruksinya. 

Bahwa tinggi patung sampai 61 meter itu supaya bisa disebut yang tertinggi di dunia. Sudah bisa mengalahkan yang di Polandia: 52 meter. Jauh mengalahkan yang paling terkenal di dunia, yang di Rio de Janeiro itu, yang saya pernah ke sana: 30 sampai 38 meter.

Kategori :

Terkait

Senin 11 Nov 2024 - 21:30 WIB

Dangkal Dalam, Oleh: Dahlan Iskan

Minggu 10 Nov 2024 - 19:45 WIB

Titik Pulang, Oleh: Dahlan Iskan

Jumat 08 Nov 2024 - 18:25 WIB

Taksi Kemudi, Oleh: Dahlan Iskan

Kamis 07 Nov 2024 - 21:08 WIB

Bismillah Karnaval, Oleh: Dahlan Iskan

Rabu 06 Nov 2024 - 19:30 WIB

Anwar Berkeley, Oleh: Dahlan Iskan