Soal Tingginya Kasus GHPR, Ini Penjelasan Dokter Hewan
Wenny Haryanti --
BACAKORANCURUP.COM - Terkait tingginya kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR) di Kabupaten Rejang Lebong, bisa terjadi diakibatkan sejumlah faktor penyebab.
Dokter Hewan, drh Wenny Haryanti mengungkapkan salah satu faktor yang umum terjadi seperti hewan peliharaan anjing sedang dalam musim kawin, sehingga tingkat agresivitas hewan itu jauh lebih sensitif dari kondisi biasanya.
"Ketika sedang musim kawin, hewan peliharaan khususnya anjing itu jadi lebih agresif. Jadi bisa menyerang siapa saja termasuk orang-orang sekitar," ungkapnya.
Kemudian, lanjut dia, faktor lingkungan juga bisa jadi penyebab tingginya kasus GHPR di Rejang Lebong. Banyaknya hewan anjing yang dijadikan sebagai penjaga kebun.
Bisa jadi pada saat petani itu pulang ke desa dari kebun, hewan anjing itu ikut dibawa.
BACA JUGA:Permohonan Pembuatan SIM di Rejang Lebong Relatif Menurun
BACA JUGA:Kemenag Agendakan Rapat Pembahasan Persiapan HAB 2025
"Mungkin selama melakukan penjagaan di kebun hewan anjing itu juga masih agresif dan tidak terbiasa ketika melihat orang banyak," tuturnya.
Oleh karena itu, Wenny menerangkan, bagi mereka yang memiliki hewan peliharaan anjing agar dapat dipelihara dengan baik dengan cara memberi makan dan minum yang benar, disediakan kandang, serta bila perlu dimandikan hewan peliharaannya.
"Ini penting, jadi hewan peliharaan itu diikat dan tidak dibebas liarkan. Supaya tidak menyerang orang lain yang bisa meningkatkan kasus GHPR," jelas dia.
Wenny juga mengimbau, agar hewan peliharaan dilakukan pengecekan kesehatan secara berkala. Lakukan pencegahan dengan vaksinasi rabies, baik yang sudah disiapkan oleh pemerintah (jika tersedia) ataupun secara mandiri di Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) terdekat.
"Lalu bisa juga melakukan depopulasi HPR dengan cara sterilisasi. Di steril untuk jantan kebiri, betina di angkat rahimnya," tutup Wenny.