Manajer Istri, Oleh: Dahlan Iskan
Dahlan Iskan--
Lia mengerjakan semua itu untuk James. Saya punya Robert, James punya Lia. Saya pun memberikan nomor telepon Robert ke Lia. Mereka saling berkomunikasi bagaimana bisa menjadi manajer yang baik bagi seorang pasien yang sakit kanker.
Saya juga memberikan nomor dokter Indonesia yang ahli kanker: Prof Dr Ario Jatmiko. Saya tahu Prof Ario juga seorang penyanyi. Kalau Lia bisa berkomunikasi dengan Prof Ario pasti nyambung. Sesama pemusik.
"Saya merasa sangat terbantu oleh Prof Ario Jatmiko," ujar Lia. Tentu Lia juga punya jaringan sendiri di kalangan dokter. Di masa Covid dulu Lia dan James bikin gerakan Lilin-lilin Kecil secara online. Banyak anggota gerakan itu yang dokter.
Ketika saya ke Amerika Oktober lalu tentu ke rumah James. Tidur di rumah itu. Tiga hari. Saya lega. Wajah James sudah cerah. Lia juga sudah kembali cantik. Masa-masa stres kelihatannya sudah lewat.
Kanker di paru-paru James sudah mengecil. Pun yang di livernya. Juga yang di tulangnya. James sudah berhenti merokok. Makanannya juga sudah lebih terpilih.
Selama tiga hari di rumah itu saya melihat dari dekat bagaimana Lia merangkap pekerjaan sebagai istri dan sebagai seorang manajer bagi suami.
Saya melihat bagaimana Lia menata obat yang banyak itu. Saya juga melihat bagaimana Lia sukses merayu James menelan obat yang ke-12 atau ke-17 hari itu. Lalu mencium suami saat obat berhasil ditelan.
James juga sudah bisa kembali ke dapur. Saya dimasakkan pepes ikan dengan bungkus daun pepaya. Khas makanan Manado. Enak sekali.
Di rumah James ini saya jadi tahu: banyak obat Tiongkok yang palsu. Lia punya contoh-contoh mana yang asli dan mana yang palsu –sekilas hampir tidak bisa dibedakan.
Lia melacak keaslian semua obat sampai seperti seorang detektif. James tidak hanya dapat rumah sakit, dokter, dan obat yang tepat, tapi juga dapat manajer yang andal: Lia, istri sendiri.