Menjadi Kue Kering Khas Natal, Inilah Sejarah Dari Gingerbread Cookies
IST Gingerbread Cookies adalah kue kering khas perayaan natal--
BACAKORANCURUP.COM - Hari Raya Natal yang diperingati setiap tanggal 25 Desember, merupakan momen yang sangat dinantikan oleh umat Nasrani.
Tidak hanya identik dengan pohon Natal, Santa Claus, dan hadiah, perayaan ini juga dikenal melalui tradisi dan sajian khasnya, salah satunya adalah kue kering.
Salah satu kue yang selalu hadir dalam perayaan ini adalah gingerbread cookies atau kue jahe. Kue jahe memiliki sejarah yang panjang, bahkan sebelum berbagai jenis kue kering lainnya menjadi populer.
Pada awalnya, kue ini dibuat menggunakan bahan sederhana seperti air mawar, gula, rempah jahe, tepung, dan biji almond. Adonan kue dicetak, lalu dihias dengan lapisan gula berwarna emas.
Tradisi penyajian kue jahe dalam perayaan Natal telah menjadi bagian budaya yang membuat suasana semakin hangat. Tidak hanya memiliki rasa yang khas, gingerbread juga memiliki sejarah yang menarik yang mencerminkan perpaduan tradisi, budaya, dan keunikan rasa.
BACA JUGA:Hanya Perlu KTP, Ini Cara Daftar Untuk Dapat Bansos Lewat HP!
BACA JUGA:Anak Anda Mulai Belajar Berjalan ? Ikuti Tips Ini Untuk Memilih Sepatu yang Tepat
Sejarah kue jahe dapat ditelusuri hingga tahun 2400 SM, ketika ia menjadi bagian dari ritual masyarakat Yunani dan Mesir kuno. Di Eropa, kue jahe mulai dikenal setelah Tentara Salib pada abad ke 11 membawa jahe dari Timur Tengah. Kala itu, kue ini sering dianggap sebagai simbol keberuntungan.
Pada masa itu, kue jahe dicetak berbentuk bunga atau bintang, yang dibuat oleh perempuan untuk diberikan kepada para kesatria sebelum mereka mengikuti kompetisi atau perang.
Tradisi ini terus berkembang hingga pada abad ke 16, Ratu Elizabeth I meminta istana membuat kue jahe berbentuk manusia sebagai hadiah untuk para tamu di acara penting atau perayaan Natal.
Ketika harga jahe dan rempah-rempah lainnya menjadi lebih terjangkau, popularitas kue jahe pun meningkat.
Resep tradisional dari Eropa yang terdiri dari almond, remah roti, air mawar, gula, dan jahe.
Kemudian adonan dicetak menggunakan cetakan kayu yang sering menggambarkan kisah atau simbol tertentu, seperti tokoh kerajaan atau simbol agama.
Hiasan tambahan seperti warna emas atau lapisan gula putih sering digunakan untuk mempertegas detailnya.