Tanda-tanda Kiamat Sudah Dekat dan Makin Nyata, Bisa Dilihat Jelas dari Daun?
Ilustrasi Net--
BACAKORANCURUP.COM - Tanda-tanda 'kiamat' katanya sudah semakin dekat dan kian terlihat. Salah satunya bisa dilihat dari tanda-tanda daun akibat pemanasan bumi.
Tahukah kalian, saat ini hutan-hutan sudah menunjukkan tanda pemanasan global yang semakin parah yang bahkan bisa membuat manusia sesak.
Padahal, hutan menjadi paru-paru Bumi, karena pohon yang menjalankan fotosintesis menyerap karbon dioksida dan melepas oksigen ke atmosfer.
Pohon di hutan biasa terpapar sinar matahari dan menyerap air dengan akarnya. Namun, karena matahari terlalu terik membuat temperatur terlampau panas, sehingga bisa membuat proses fotosintesis berhenti.
Sebuah penelitian yakni oleh Gregory Goldsmith dari Chapman University, California beserta tim, membuktikan bahwa ada beberapa bagian hutan tropis yang mendekati batas temperatur sehingga mengganggu proses fotosintesis.
BACA JUGA:Validasi Data Iuran JKN, Pemkab Rejang Lebong Samakan Persepsi dengan BPJS Kesehatan
BACA JUGA:Calon Mahasiswa Wajib Tahu, Ini Materi UTBK 2025
"Studi menunjukkan bahwa dedaunan di hutan tropis di tempat dan waktu tertentu telah menembus batas temperatur kritis," kata Goldsmith.
Pohon di hutan tropis, bisa menjalankan proses fotosintesis di suhu hingga 46,7 derajat Celcius. Tapi peneliti itu menjelaskan bahwa kemampuan spesies berbeda bergantung kepada populasi hutan, jumlah daun di pohon, dan kanopi.
Karenanya, tim dari Northern Arizona University menggunakan data dari sensor ECOSTRESS NASA untuk mengukur temperatur permukaan Bumi, untuk mencari tahu dedaunan di hutan tropis yang "kepanasan" hingga tidak bisa berfotosintesis.
Dari data yang dikumpulkan dari pantauan satelit pada periode 2018-2020 tersebut kemudian divalidasi dengan sensor di permukaan yang ditempatkan di pucuk pohon lima hutan di Brasil, Puerto Rico, Panama, dan Australia.
Analisis menemukan bahwa temperatur di kanopi hutan memuncak di suhu 34 derajat Celcius pada musim kering, meskipun sebagian daun mencapai suhu 40 derajat Celcius.
Sebagian kecil daun, yaitu 0,01 persen dari sampel melampaui temperatur krisis (46,7 derajat Celcius) paling tidak sekali sepanjang musim kering.
"Meski masih jarang, temperatur ekstrem bisa berdampak bencana kepada fisiologi daun. Bisa digolongkan sebagai peristiwa berdampak luar biasa dengan probabilitas rendah," tulisnya pada laporan penelitian tersebut.