Alasan Kenapa Bukalapak Tutup Layanan Marketplace Produk Fisik!

--

BACAKORANCURUP.COM - Tahukah kalian, belum lama ini Bukalapak mengumumkan penutupan layanan marketplace yang menjual produk fisik, seperti pakaian, kosmetik, gadget, dan sebagainya, pada Selasa 7 Januari 2025 kemarin. Diketahui, Bukalapak akan fokus menjual produk virtual, seperti token listrik, pulsa prabayar, voucher, dan lain-lain.

Adapun alasan penutupan marketplace yang fokus pada produk fisik adalah adanya transformasi bisnis perusahaan.

"Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada Produk Virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan Produk Fisik di Marketplace Bukalapak," tulis Bukalapak dalam blog resminya.

Penutupan ini merupakan bagian dari langkah transformasi besar yang diambil perusahaan. Bukalapak berencana mengalihkan fokus bisnisnya sepenuhnya ke penjualan produk virtual. 

Bukalapak menyebutkan, mulai melakukan transformasi untuk mengembangkan bisnis produk virtual, gaming, retail, investment, serta Mitra Bukalapak. Rencana ini disebut sudah disampaikan lewat Keterbukaan Informasi yang diumumkan Oktober 2024 lalu.

"Kami percaya bahwa dengan berfokus pada layanan produk virtual, Bukalapak dapat memperkuat posisinya dalam ekosistem digital serta memberikan layanan terbaik kepada pengguna," tulis Bukalapak dalam keterangan resmi.

"Langkah ini adalah bagian dari strategi jangka panjang perusahaan untuk terus relevan dan kompetitif di industri," imbuh Bukalapak.

Sementara itu, penjualan produk fisik akan dihentikan secara bertahap. Pengguna masih dapat membuat pesanan untuk produk fisik hingga Kamis, 9 Februari 2025 pukul 23.59 WIB. Mulai 1 Februari 2025, fitur untuk menambahkan produk baru akan dinonaktifkan.

Semua pesanan yang belum diproses hingga 2 Maret 2025 akan dibatalkan secara otomatis, dan dana dari pesanan yang dibatalkan akan dikembalikan kepada pembeli melalui BukaDompet. Sebagai catatan, meskipun ada perubahan bisnis, aplikasi dan situs web Bukalapak masih bisa diakses seperti biasa.

Sempat jadi marketplace terbesar ketiga Selama 15 tahun beroperasi, Bukalapak berhasil mencatat berbagai prestasi melalui layanan marketplace-nya. Salah satunya terjadi pada tahun 2021, ketika Bukalapak menjadi marketplace dengan trafik tertinggi ketiga di Indonesia. Tingginya trafik pada masa itu didorong oleh perilaku konsumen yang lebih banyak beralih ke belanja online selama pandemi Covid-19. Menurut data dari Similar Web, pada Februari 2021 Bukalapak mencatat traffic share sebesar 8,23 persen dengan jumlah kunjungan bulanan sebanyak 13,58 juta.

Tokopedia berada di peringkat pertama dengan traffic share 32,04 persen dan jumlah kunjungan bulanan 129,1 juta, sementara Shopee di posisi kedua dengan traffic share 29,78 persen dan 120 juta kunjungan bulanan. Pada tahun yang sama, Bukalapak mencatat sejarah sebagai startup berstatus "Unicorn" pertama di Indonesia yang berhasil melakukan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO).

Baca juga: Sempat Jadi Marketplace Terbesar Ketiga di Indonesia, Kini Bukalapak Tutup Lapak Rekor IPO dan penurunan nilai saham IPO saham Bukalapak dilakukan pada 27 Juli hingga 30 Juli 2021 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan kode emiten "BUKA", Bukalapak menjadi startup Unicorn Indonesia pertama yang listing di BEI pada 6 Agustus 2021. Saat IPO, Bukalapak menawarkan 25,7 miliar lembar saham dengan harga awal Rp 850 per lembar, dan mengumpulkan dana sebesar Rp 21,9 triliun. Pada hari pertama perdagangan, saham Bukalapak sempat melonjak hingga 24,71 persen ke level Rp 1.060 per lembar.

Namun, euforia itu tidak bertahan lama. Setelah mencapai harga tertinggi, nilai saham Bukalapak terus menurun secara signifikan. Memahami Amnesti Pajak Jilid III Artikel Kompas.id Per 9 Januari 2025, harga saham Bukalapak tercatat hanya Rp 116,04 per lembar, jauh di bawah harga penawaran perdana. Selain anjloknya harga saham, kinerja keuangan Bukalapak juga menunjukkan "catatan merah". Laporan keuangan kuartal III-2024 mencatat kerugian sebesar Rp 597,34 miliar. Pada periode yang sama di tahun sebelumnya, kerugian mencapai Rp 776,22 miliar. 

Tag
Share