Mengapa Waisak Dirayakan di Candi Borobudur ? Ini Sejarah dan Keistimewaannya !

IST Candi Borobudur yang sarat dengan agama Buddha, sumber foto @borobudurpark--
BACAKORANCURUP.COM - Indonesia memiliki banyak warisan budaya yang mendunia, dan salah satunya adalah Candi Borobudur.
Terletak di wilayah Magelang, Jawa Tengah, bangunan ini dikenal sebagai salah satu situs Buddha terbesar di dunia. Selain menjadi destinasi wisata sejarah, Candi Borobudur juga memiliki peran penting sebagai lokasi utama dalam perayaan Waisak setiap tahunnya.
Tahun 2025, peringatan puncak Hari Raya Waisak dijadwalkan berlangsung pada 12 Mei. Perayaan ini secara konsisten dipusatkan di Candi Borobudur, tetapi mengapa candi ini begitu lekat dengan Hari Waisak ?
Waisak merupakan hari suci umat Buddha yang memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Siddharta Gautama, yaitu kelahiran, pencapaian pencerahan sempurna, dan wafatnya.
BACA JUGA:Awas Quishing ! Penipuan Digital Lewat QR Code yang Jarang Disadari
Perayaan ini tidak hanya sebagai bentuk penghormatan terhadap Buddha, tetapi juga sebagai momen perenungan spiritual yang mengajak umatnya untuk menjalani hidup dengan penuh welas asih dan kebajikan.
Candi Borobudur dipilih sebagai pusat peringatan Waisak karena nilai sejarah dan spiritual yang dikandungnya. Dibangun pada abad ke-9 oleh Dinasti Syailendra, candi ini bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sarana perjalanan batin untuk mencapai kebijaksanaan tertinggi sesuai ajaran Buddha Mahayana.
Candi Borobudur berada di lingkungan geografis yang unik. Dikelilingi oleh Gunung Merapi dan Merbabu di sisi timur, Gunung Sindoro dan Sumbing di utara, serta Pegunungan Menoreh di selatan, letaknya juga berada di antara dua sungai, yaitu Progo dan Elo.
Keindahan alam sekitar memberikan kesan damai dan sakral yang mendalam bagi siapa pun yang datang, khususnya saat perayaan keagamaan seperti Waisak.
Candi Borobudur dirancang dengan konsep Mandala, yang dalam tradisi Buddhis melambangkan semesta. Struktur bangunan terdiri dari tiga zona utama: Kamadhatu (alam nafsu), Rupadhatu (alam bentuk), dan Arupadhatu (alam tanpa bentuk), menggambarkan perjalanan manusia menapaki tahapan spiritual menuju Nirwana. Relief-relief yang terpahat di dinding candi memuat kisah-kisah kehidupan Buddha dan ajaran moral yang mendalam.
Candi ini ditemukan kembali oleh pihak kolonial Inggris pada 1814 di bawah kepemimpinan Sir Thomas Stamford Raffles.
Setelah proses pemugaran dan pembersihan selesai pada tahun 1835, Borobudur kembali berdiri dengan megah dan menjadi saksi bisu peradaban kuno yang luar biasa.
Tradisi memperingati Waisak di Borobudur dimulai pada tahun 1929, diprakarsai oleh Himpunan Teosofi Hindia Belanda yang terdiri dari bangsawan Jawa dan kalangan Eropa.