Fakta Mengejutkan ! 43% Perceraian Ternyata Disebabkan oleh Hal Ini, Bukan Selingkuh

Penyebab perceraian--
BACAKORANCURUP.COM - Isu perselingkuhan yang menyeret nama Andy Byron, CEO perusahaan teknologi luar angkasa Astronomer, mencuat ke permukaan usai konser Coldplay yang belum lama ini digelar. Dalam insiden tersebut, Byron diduga menjalin hubungan spesial dengan salah satu karyawannya, dan sejak saat itu, perbincangan publik di media sosial pun memanas.
Tak sedikit warganet berspekulasi bahwa rumah tangga Byron akan segera retak akibat skandal tersebut.
Namun, di tengah opini publik yang mengaitkan perselingkuhan sebagai penyebab utama perceraian, laporan Forbes Advisor justru memberikan perspektif yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian yang mereka publikasikan, perselingkuhan bukanlah faktor nomor satu yang membuat banyak pasangan memutuskan bercerai.
Studi tersebut mengungkap bahwa alasan paling dominan di balik keputusan bercerai justru berasal dari kurangnya dukungan keluarga.
BACA JUGA:Kenapa Gen Z Sering Menatap Kosong ? Ini Penjelasan Pakar Sosial
BACA JUGA:Terlihat Sepele, Tapi 5 Kebiasaan Ini Bisa Hancurkan Masa Depan Finansial mu
Data menunjukkan bahwa sebanyak 43% pasangan berpisah karena tidak mendapatkan dukungan emosional, sosial, atau bahkan praktis dari keluarga mereka, baik dari pihak pasangan maupun keluarga besar
Perselingkuhan sendiri memang tetap menjadi salah satu faktor yang signifikan, tercatat sebagai penyebab 34% perceraian, namun masih berada di bawah tekanan hubungan yang ditimbulkan oleh lingkungan keluarga.
Hal ini menunjukkan bahwa stabilitas hubungan rumah tangga tidak hanya bergantung pada kesetiaan, tetapi juga pada keterlibatan dan dukungan orang-orang terdekat.
Laporan tersebut juga menyoroti bagaimana tujuan awal dari pernikahan sangat memengaruhi daya tahannya. Banyak pasangan menikah dengan harapan membangun kehidupan bersama berdasarkan persahabatan, kenyamanan, stabilitas finansial, keamanan hukum, bahkan untuk mendapatkan akses ke asuransi kesehatan atau membentuk keluarga. Namun ketika tujuan-tujuan tersebut tidak tercapai, konflik pun mulai muncul.
Lebih lanjut, pasangan yang menikah karena tekanan sosial atau dorongan dari keluarga, cenderung mengalami ketidakbahagiaan dan tidak mampu mempertahankan komitmen jangka panjang.
Mereka yang menikah bukan atas dasar kesiapan pribadi sering kali kesulitan membina hubungan yang sehat dan harmonis. Dalam banyak kasus, hal ini juga berkaitan dengan keputusan terburu-buru, termasuk menikah di usia yang terlalu muda.
Tak hanya itu, studi ini juga menyebutkan bahwa pasangan yang menikah demi formalitas atau sekadar memenuhi ekspektasi sosial dari lingkungan sekitar, berisiko mengalami perceraian akibat minimnya kedekatan emosional dan kurangnya keintiman dalam hubungan. Seiring waktu, hubungan yang dibangun atas dasar tekanan eksternal kerap kehilangan makna, yang akhirnya memicu konflik atau perpisahan.