Pilkada Jabatan, Oleh: Dahlan Iskan

Dahlan Iskan--

BACAKORANCURUP.COM - Begitu Anies Baswedan tidak jadi dimajukan sebagai calon gubernur Jakarta, suhu politik langsung reda.

Persaingan di Jakarta menjadi relatif imbang. Memang ada yang bilang PDI-Perjuangan sengaja pasang Pramono Anung-Rano Karno agar perjuangan Ridwan Kamil tidak berat. Sengaja atau dipaksa sengaja. 

Atau, itu sebagai jalan tengah. Baik untuk internal partai maupun eksternal. Antara kutub Anies dan kutub Ahok. Mungkin juga jalan tengah antara kutub Megawati dan kutub Jokowi. Pramono bisa diterima semua kutub. 

Pidato Pramono Anung juga bikin suasana dingin. Ia merendah. Ia mengibaratkan dirinya Goliat yang berhadapan dengan Raja David. 

Menteri jadi calon gubernur tidak lagi baru. Semakin biasa. Apalagi ini Gubernur Jakarta --sekelas menteri juga. Mantan menteri lain bahkan hanya jadi calon wakil gubernur: Dr Ir Suswono, menteri pertanian di era Presiden SBY. Ia kini jadi calon wakil gubernur Jakarta –pasangan Ridwan Kamil. Maka tidak ada lagi skenario koalisi lawan bumbung kosong di Jakarta. 

Tidak ada lagi kasak-kusuk untuk memenangkan bumbung kosong. 

Kini pilihan tinggal ke Ridwan Kamil atau ke Pramono Anung. 

Para pendukung bumbung kosong pun kehilangan bumbung. Alias Golput. 

Bumbung kosong justru terjadi di Pilwali Surabaya: calonnya hanya satu, Eri Cahyadi. Dari PDI-Perjuangan. 

Semua partai mengusungnya. Orang Surabaya mulai realistis. Untuk apa habiskan uang melawan incumbent. Lima tahun lalu orang sekaya Machfud Arifin pun gagal melawan ''incumbent'' di Surabaya. 

Padahal lawannya tidak sepenuhnya incumbent. Eri disebut ''incumbent'' hanya karena wali kota Risma full dukung Eri. Dengan segala upayanyi. Belakangan memang sempat santer ada calon yang akan bersaing dengan Eri: Ahmad Dhani. Dari Gerindra. Pemusik terkemuka asal Surabaya. 

Ia baru terpilih sebagai anggota DPR dari dapil Surabaya dan Sidoarjo. Ia punya modal suara. Tapi ternyata Gerindra juga mendukung Eri. 

Maka keputusan terbaru MK itu seperti mubazir di Surabaya. Diturunkannya batas minimal perolehan suara partai tidak dimanfaatkan. Pun PKB. Tidak berani keluar dengan calonnya sendiri. 

PKB justru belajar berani di tingkat Pilgub Jatim: mendadak PKB maju dengan calonnya sendiri. Sejak awal PKB sudah pasti tidak mau bersama Khofifah Indarparawansa. Pilih mendukung calon PDI-Perjuangan. Asal calon wakilnya dari PKB. 

Tag
Share