Politikus NasDem Peter Gontha Ngaku Malu Timnas Indonesia Dihuni Pemain Naturalisasi
ist Pemain Timnas Indonesia.--
BACAKORANCURUP.COM - Politikus Partai NasDem Peter Gontha meluapkan rasa malu karena timnas Indonesia diperkuat pemain naturalisasi. Ia juga marah karena kerap diejek.
Di tengah meningkatnya performa skuad asuhan Shin Tae-yong di babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, ada saja polemiknya.
Peter Gontha, mantan Dubes RI untuk Polandia itu dalam unggahan akun Instagramnya mengaku galau karena ketidaksukaannya terhadap skuad Garuda saat ini.
Memang sebagian skuad timnas Indonesia diperkuat 13 pemain keturunan dari berbagai negara Eropa.
Mayoritas pemain keturunan yang sudah dinaturalisasi oleh PSSI memang memiliki darah Indonesia-Belanda. Peter menyebut dirinya siap jika pendapatnya ini akan menimbulkan polemik dan hujatan dari berbagai kalangan yang menjadi pendukung timnas.
Menurut pengakuannya ungkapan ini disampaikan semata-mata demi menjaga martabat bangsa Indonesia. "Saya sungguh Galau, saya akan posting status yang akan membuat follower saya marah, tapi tidak apa saya ambil risiko ini, karena saya mau menjaga martabat bangsa saya," tulisnya dikutip Kamis, 12 September 2024.
Ada delapan poin pendapat yang diutarakan Peter mengenai kegalauannya terhadap upaya PSSI dan Pemerintah yang gencar mencari pemain keturunan.
"1. Apakah anda cinta PSSI? (saya cinta), 2. Apakah anda cinta bangsa? (saya cinta), 3. Apakah anda tidak malu lihat PSSI 9 pemainnya adalah bangsa asing yang dinaturalisasi? (Saya malu), 4. Apakah kita bangsa besar? (saya rasa demikian)," urai Peter.
Pada poin kelima, Peter menyebut bahwa pemain keturunan yang saat ini sudah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) sejatinya tidak sepenuhnya permanen, melainkan hanya sementara.
Katanya, dengan kepemilikan dua paspor, pemain-pemain naturalisasi saat ini pada saatnya akan menanggalkan status WNI jika sudah tidak dipanggil kembali. Ia mengaku tahu hal ini."5. Apakah anda tau bahwa naturalisasi mereka hanya sementara, karena mereka mempunyai dua paspor, nanti kalau sudah selesai main di Indonesia mereka akan buang status WNI mereka? (saya tau),"
"6. Apakah mereka mau membuang tunjangan sosial mereka dinegara nya begitu saja? (saya rasa tidak)," tambahnya.
Sampai di poin ketujuh, Peter menyebut seharusnya PSSI fokus dengan pengembangan pemain sejak dini. "7. Apakah menurut anda tidak lebih baik membina pemain kita dari muda (SD s/d Dewasa)?(saya rasa demikian)," jelasnya.
Tak berhenti di situ, di poin delapan Peter berpendapat lebih baik kalah dengan terhormat dari pada menang tapi dengan cara merendahkan martabat bangsa karena dihuni pemain keturunan.
"8. Apakah tidak lebih baik kalah dengan terhormat dari pada Menang atau seri dengan cara yang merendahkan martabat bangsa? (saya malu)," pungkasnya.