BMKG Beberkan Fakta Musim Hujan RI 2024/2025 Sedikit Aneh, Simak Info Lengkapnya Berikut Ini

Ilustrasi Net--

BACAKORANCURUP.COM - Seperti diketahui, semestinya di penghujung paruh kedua tahun saat ini sudah mulai masuk musim penghujan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis Prediksi Musim Hujan di Indonesia Tahun 2024/2025. Menurut BMKG, awal musim hujan di Indonesia akan bervariasi.

Awal musim hujan di Indonesia bervariasi. Dimulai dari wilayah barat Sumatra yang memasuki musim hujan lebih awal pada Agustus 2024, kemudian secara bertahap menyebar ke wilayah timur hingga Desember 2024.

Secara keseluruhan, sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami musim hujan pada periode Oktober hingga November 2024.

Melalui booklet Prediksi Musim Hujan 2024/2025 yang dirilis pada Kamis (3/10/2024), BMKG menjelaskan, El Nino-Southern Oscillation (ENSO) menunjukkan adanya potensi terjadi fenomena La Nina pada akhir 2024.

BACA JUGA:7 Khasiat Buah Duku Untuk Tubuh, Salah Satunya Cegah Kanker dan Tumor

BACA JUGA:Cara Asyik Agar Anak Cepat Menghafal Perkalian

Umumnya, La Nina cenderung menyebabkan kondisi yang lebih basah di Indonesia, namun dampaknya dapat bervariasi di setiap wilayah.

Sebagaimana dilansir dari situs resmi BMKG, ENSO adalah anomali pada suhu permukaan laut di Samudera Pasifik di pantai barat Ekuador dan Peru yang lebih tinggi daripada rata-rata normalnya.

Dijelaskan bahwa, iklim di Samudra Pasifik terbagi ke dalam 3 fase. Yaitu, El Nino, La Nina, dan Netral.

Pada fase Netral, angin pasat berhembus dari timur ke arah barat melintasi Samudra Pasifik menghasilkan arus laut yang juga mengarah ke barat dan disebut dengan Sirkulasi Walker. Suhu muka laut di barat Pasifik akan selalu lebih hangat dari bagian timur Pasifik.

Adapun ketika fase El Nino, angin pasat yang biasa berhembus dari timur ke barat melemah atau bahkan berbalik arah. Pelemahan ini dikaitkan dengan meluasnya suhu muka laut yang hangat di timur dan tengah Pasifik.

Air hangat yang bergeser ke timur menyebabkan penguapan, awan, dan hujan pun ikut bergeser menjauh dari Indonesia. Hal ini berarti Indonesia mengalami peningkatan risiko kekeringan.

Kemudian di fase terakhir yakni fase La Nina, hembusan angin pasat dari Pasifik timur ke arah barat sepanjang ekuator menjadi lebih kuat dari biasanya. Menguatnya angin pasat yang mendorong massa air laut ke arah barat, maka di Pasifik timur suhu muka laut menjadi lebih dingin.

Khususnya untuk Indonesia, hal ini berarti risiko banjir yang lebih tinggi, suhu udara yang lebih rendah di siang hari, dan lebih banyak badai tropis.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan