Prinsip-prinsip ini menjadi dasar bagi banyak pengusaha keturunan Tionghoa untuk membangun bisnis yang menghasilkan barang berwujud, seperti perusahaan properti, perkapalan, hingga ekspor-impor.
Jenis industri ini umumnya lebih mudah dikelola dengan rentang kendali yang terbatas dan melibatkan anggota keluarga dalam pengelolaannya.
Sebagian besar pengusaha keturunan Tionghoa pun cenderung mengelola perusahaannya dengan cara yang mirip dengan cara seorang kaisar China mengelola kerajaannya. Dalam budaya ini, aset bisnis sering kali hanya diwariskan kepada anggota keluarga, dan tidak jarang eksekutif perusahaan memilih anggota keluarga untuk memimpin bisnis mereka.
Penting untuk dicatat, bahwa banyak pengusaha keturunan Tionghoa berpegang pada sebuah pepatah kuno Tiongkok : "Lebih baik menjadi kepala ayam daripada menjadi ekor sapi besar."
Pada masa kini, pepatah ini bermakna bahwa mereka lebih memilih menjadi pemimpin di perusahaan kecil milik sendiri, ketimbang menjadi bawahan di perusahaan besar. Prinsip ini menggambarkan betapa besarnya nilai kebebasan dan kontrol yang mereka hargai dalam dunia bisnis.
Dengan warisan budaya, ketekunan, dan strategi yang matang, tidak mengherankan jika masyarakat keturunan Tionghoa di berbagai belahan dunia terus berjaya dalam dunia kewirausahaan.