Ikut Semut, Oleh: Dahlan Iskan

Selasa 02 Jan 2024 - 17:21 WIB
Reporter : Gale
Editor : radian

Yang membelah jalan itu barisan tentara. Bukan pagar. Barisan tentaranya bukan satu baris, tapi dua baris. Saling membelakangi. Antara barisan tentara yang menghadap utara dan yang  menghadap selatan ada zona kosong 1,5 meter. Rapi sekali. Yang selatan penuh manusia menuju sungai.

Yang utara penuh manusia yang meninggalkan sungai.

Di tengah-tengahnya ruang kosong yang dipagari tentara. Di tiap simpang empatnya ada pengaturan yang lebih rapi. Jalan yang memotong Nanjing Timur tidak ditutup. Kendaraan tetap bisa memotong jalan Nanjing Timur. Ikut lampu bangjo.

Menjelang lampu merah, 16 tentara membentuk gerakan rapi menutup jalan. Semua pejalan kaki harus berhenti di depan tentara itu. Suasananya menjadi padat. Seperti air deras yang dibendung. Tidak ada yang mencoba menerobos tentara.

Begitu lampu menjelang hijau, 16 tentara itu membuat gerakan seperti pintu membuka. Gerakan yang rapi khas tentara. Barisan 16 tentara itu tetap lurus. Disiplin. Seperti benar-benar pintu yang membuka. Pejalan kaki pun melintas.

Ratusan ribu manusia diatur seperti itu. Bukan tutup jalan secara permanen.  Pergerakan tentara itu sendiri menjadi bagian pertunjukan yang menarik di malam tahun baru. Saya pun menontonnya agak lama. Mas Tatang membuat videonya.  

Seorang tentara minta saya tidak berhenti di situ. Saya bilang: saya hanya ingin lihat Anda mengatur orang, bagus sekali. Ia pun sedikit tersenyum. Senyum tegas. Membiarkan saya dan mas Tatang di situ.

Lalu masuk Peace Hotel. Saya hafal lewat mana. Pernah bermalam di situ. Sering nonton Old Jazz-nya. Kali ini saya tidak bisa masuk.

"Sudah penuh," kata petugas. "Tidak ada peluang sama sekali," tambahnya.

Ups. Ya sudah. Nonton pengaturan manusia saja. Di sepanjang jalan Nanjing Timur. Yang sudah seperti sungai besar dengan manusia sebagai air bahnya. Hanya bedanya, airnya mengalir dua arah.

Sesekali saya merogoh saku baju tebal. Mencari VCO. Sudah seperti pakai lipstik: minyak di dalamnya sudah membeku. Sejak di Beijing. Tidak pernah mencair lagi. Tinggal buka tutupnya, oleskan ujungnya ke bibir, ke pipi, ke punggung tangan. Lalu diusap-usap. Bangun tidur, saya merasa tetap aman. Muka saya tidak dipenuhi semut.

Kategori :

Terkait

Senin 16 Sep 2024 - 19:12 WIB

Nano Sutiman, Oleh: Dahlan Iskan

Minggu 15 Sep 2024 - 18:49 WIB

Kopi Bahagia, Oleh: Dahlan Iskan

Jumat 13 Sep 2024 - 21:10 WIB

Katolik Kristen, Oleh: Dahlan Iskan

Kamis 12 Sep 2024 - 18:00 WIB

Jaksa Terdakwa, Oleh: Dahlan Iskan