BENGKULU - Produksi perikanan tangkap laut di Bengkulu tercatat terus mengalami peningkatan. Bahkan pada tahun 2023 lalu produksi ikan di Bengkulu mencapai 72 ribu ton atau naik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang rata-rata tercatat sebesar 60 ribu ton.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Bengkulu, Syafriandi MSi mengatakan, produksi perikanan tangkap laut di Bengkulu pada tahun 2023 lalu tercatat meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dimana jumlah produksi terbanyak ada di wilayah Kota Bengkulu mencapai 36.026 ton. Sementara produksi terbanyak kedua berada di Kabupaten Mukomuko mencapai 18.632 ton.
"Kita mencatat dua daerah itu memang memiliki potensi perikanan tangkap yang baik sehingga produksinya juga tinggi," kata Syafriandi, Minggu 14 Januari 2024.
BACA JUGA:KPU Lebong Lantik 4 PAW PPS di 3 Kecamatan
Meskipun produksi perikanan tangkap tinggi, namun Syafriandi meminta kepada nelayan untuk menggunakan alat tangkap ikan yang ramah lingkungan. Itu dilakukan agar habitat ikan di laut tidak rusak.
"Dengan penggunaan alat tangkap ramah lingkungan, produksi ikan bisa terus berlangsung dan terumbu karang sebagai habitat asli ikan tidak rusak," ujarnya.
Ia mengatakan, dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) Nomor 18 Tahun 2021 alat tangkap ikan tidak ramah lingkungan atau yang dilarang diantaranya kelompok jaring tarik (dogol, pair seine, cantrang dan lampara dasar), kelompok jaring hela (pukat hela dasar berpalang, pukat hela dasar udang, pukat hela kembar berpapan, pukat hela dasar dua kapal, pukat hela pertengahan dua kapal dan pukat ikan), dan kelompok jaring insang (perangkap ikan peloncat). Jika nelayan mendapati ada nelayan di Bengkulu yang menggunakan alat tangkap tersebut agar segera melapor agar segera ditindak.
"Kita berharap tidak ada yang menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan di Bengkulu," tuturnya.
Selain itu, Ia menekankan, nelayan didorong agar dapat melakukan inovasi dan modifikasi produk perikanan. Karena selain mampu meningkatkan nilai tambah, pengolahan ikan tanpa ada yang terbuang menjadi limbah (zero waste) menjadi hal penting dalam penerapan ekonomi biru kelautan dan perikanan.
"Secara ekonomi nilai tambah perlu ditingkatkan, nilai tambah secara bisnis diperlukan karena peluang pasar value added product di dalam negeri dan ekspor meningkat," ujar Syafriandi.
Ia mengatakan, nelayan tidak hanya mendapatkan ikan di laut, tetapi bisa mengolahnya menjadi produk bernilai ekonomi tinggi. Salah satunya mengolah ikan menjadi ikan asin.
"Banyak produk yang bisa dibuat dari ikan, bisa itu ikan asin ataupun makanan lainnya, jadi itu harus bisa juga dilakukan nelayan di Bengkulu," tutupnya.