Memang, seperti dituturkan Eksi, ada bocoran dari ordal PT Antam: bahwa perusahaan itu lagi B.U.
Perusahaan lagi memerlukan uang masuk dalam jumlah besar.
Alasannya –seperti dikatakan Eksi–: untuk keperluan tutup tahun. Tutup buku.
Lubang-lubang pembukuan harus ditutup. Lubang itu menganga akibat kasus korupsi di PT Antam sebelumnya.
Lubang itu, kata bocoran yang diterima Eksi dari ordal, sudah ditutup sementara.
Yakni pakai dana pinjaman modal kerja dari bank.
Tapi MK itu jatuh tempo. Harus diselesaikan akhir tahun. Berarti harus ada uang kontan yang masuk.
Cara tercepat adalah memberikan iming-iming potongan harga yang fantastis. Maka Budi pun membeli emas Antam sampai hitungan ton.
Jelas Budi sendiri mendengar semua itu dari ordal. Bukan hanya dari Eksi.
Kalau hanya dari Eksi pasti Budi tidak percaya. Ia bukan pengusaha biasa.
Ia pengusaha besar. Orang kaya lama. Sudah kaya sejak dari bapaknya.
Ia mendapat warisan perusahaan real estate besar di Surabaya. Margorejo Indah. Kompleks perumahan elite yang ternama.
Budi mewarisi kekayaan itu sejak masih remaja lajang. Yakni sejak papanya meninggal dibunuh orang di kota Dalian, Tiongkok.
Waktu itu di seluruh Tiongkok baru ada satu kota yang dibangun model baru: Dalian.
Dekat Korea. Dalian jadi kota pertama yang modern yang cantik.
Wali kotanya hebat sekali. Pemerintah pusat memuji habis Dalian. Wali kota lain diminta studi banding ke Dalian. Juga diminta mengikuti jejak Dalian.