Jika Anda termasuk orang yang mudah mengalami pilek, sinus tersumbat, atau batuk berkepanjangan, sebaiknya pilih makanan yang bersifat hangat dan mudah dicerna, ketimbang mentimun dalam keadaan dingin.
3. Orang yang Memiliki Alergi
Meskipun jarang, alergi mentimun adalah kondisi yang nyata. Gejalanya bisa bermacam-macam, mulai dari rasa gatal di tenggorokan, bibir bengkak, ruam pada kulit, mual, hingga muntah. Pada kasus berat, reaksi alergi bahkan dapat berkembang menjadi anafilaksis, kondisi yang membutuhkan penanganan medis segera.
Beberapa kasus alergi mentimun juga berhubungan dengan sindrom alergi oral, di mana tubuh salah mengenali protein dalam mentimun sebagai serbuk sari tertentu.
Sebuah studi dalam Oxford Academic bahkan mencatat bahwa pekerja rumah kaca yang sering terpapar mentimun mengalami gejala seperti pilek, batuk, dan iritasi kulit. Ini menunjukkan bahwa paparan mentimun bukan hanya sebagai makanan, tetapi juga sebagai tanaman, dapat memicu reaksi alergi.
4. Orang dengan Pencernaan Sensitif atau IBS
Sebagian orang mengalami masalah pencernaan setelah makan mentimun. Penyebabnya adalah kandungan cucurbitacin, senyawa yang memberikan rasa pahit pada beberapa jenis mentimun. Pada orang dengan pencernaan sensitif, IBS, refluks asam, atau maag, senyawa ini bisa menimbulkan gejala seperti kembung, gas berlebih, sendawa, atau kram perut.
Jika Anda sering merasakan perut tidak nyaman setelah makan mentimun, Anda mungkin perlu membatasi konsumsinya atau beralih ke varietas mentimun yang lebih lembut dan rendah cucurbitacin.
Meski mentimun merupakan sayuran sehat dan menyegarkan, tidak semua orang cocok mengonsumsinya. Risiko seperti gula darah rendah, peningkatan lendir, alergi, dan gangguan pencernaan perlu diperhatikan. Mengenali kondisi tubuh sendiri dan menyesuaikan jumlah konsumsi adalah kunci agar tetap memperoleh manfaat mentimun tanpa mengalami efek yang tidak diinginkan.