BACAKORANCURUP.COM - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Rejang Lebong menyebut, sekitar 50 Sekolah Dasar (SD) yang ada di Rejang Lebong termasuk dalam kategori sekolah kurus.
Jumlah itu sekitar 30 sampai 35 persen dari total seluruh SD yang ada di Kabupaten Rejang Lebong.
Demikian diungkapkan Kadis Dikbud Kabupaten Rejang Lebong, Drs Noprianto MM yang diwawancara wartawan di Curup.
"Kalau dari setiap rombel kelas itu jumlah siswanya sampai dititik ideal, memang masih ada sekitar 30 - 35 persen SD di Rejang Lebong masuk kategori sekolah kurus," ungkapnya.
BACA JUGA:Tahap Awal, SMAN 1 Rejang Lebong Terima 136 Siswa
BACA JUGA:Menjelang PPDB Zonasi, Cabdin Kembali Ultimatum Sekolah Soal Ini
Kualifikasi kategori sekolah kurus itu, kata dia, ternyata rombel kelas atau jumlah siswa dalam setiap kelasnya rata-rata di bawah 15 siswa.
Sehingga sekolah kurus ini adalah sekolah yang jumlah siswa pada setiap rumble nya sangat sedikit atau jauh di bawah jumlah ideal.
"Ada sekolah itu yang dalam satu rumble hanya 2, 3 atau 5 orang siswa saja. Sementara mereka juga butuh dilayani seorang guru untuk mengajar dan memperoleh ilmu pendidikan, nah itu juga yang kadang-kadang tidak efektif dan efisien," jelasnya.
Namun bagaimanapun, ia menambahkan, Pemkab harus tetap memberikan pelayanan pendidikan yang baik kepada setiap warga masyarakat khususnya anak-anak dalam menempuh pendidikan SD di Rejang Lebong.
"Bagaimana pun sudah seharusnya dan kewajiban pemerintah dalam melayani masyarakat, sekolah kurus itu harus tetap terlayani oleh guru meskipun rumble kelasnya jauh dari kata ideal," ujarnya.
Menurut dia, rasio guru dan siswa mengacu pada jumlah siswa untuk setiap guru di sekolah.
Jumlah ini tidak semata-mata mencerminkan ukuran kelas saja, namun juga mencerminkan beban kerja guru dan seberapa besar fokus guru pada setiap siswa di kelas.
Apabila seorang guru memiliki jumlah siswa yang terlalu banyak di kelasnya, maka akan sulit bagi guru untuk menemukan kapasitas setiap siswa atau fokus pada kekuatan dan kelemahan masing-masing siswa di kelas.
"Akibatnya, guru akan menjadi lebih sulit untuk menyesuaikan pengajaran sesuai dengan kebutuhan siswa," ucap dia.