BACAKORANCURUP.COM - Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP), Deddy Yevry Sitorus mengatakan bahwa Pramono Anung adalah jalan tengah bagi pihaknya untuk menyelesaikan sisa-sisa politik di Pilkada Jakarta 2017 antara kubu Ahok dan Anies.
"Ada satu proses yang mendalam dengan Pak Anies, dimana kita membahas hal-hal, yaitu tadi residu politik itu," ujarnya kepada awak media di Kantor DPP PDIP, dikutip pada Kamis 29 Agustus 2024.
"Kemudian bagaimana Pak Anies bisa menjadi bridging atau representasi dari kelompok-kelompok," sambungnya.
Deddy berpendapat bahwa sisa-sisa ketegangan politik sejak Pilgub DKI 2017 belum sepenuhnya mereda. Kedua belah pihak masih memiliki basis massa yang berbeda pandangan.
BACA JUGA:PKB Tepis Isu Anies-Muhaimin untuk Pilkada Jakarta
Menurut Deddy, Ahok mewakili kelompok masyarakat yang menginginkan reformasi dalam sistem birokrasi. Sementara Anies, mewakili kalanhan masyarakat yang lebih Islami/religius.
"Oleh karena itu kita mencoba melakukan pendalaman dengan Pak Ahok sampai hari Senin kemarin. Pendalaman untuk melihat bagaimana Pak Anies itu bisa membrijing antara kelompok, katakanlah kelompok tanda kutip Islam, dengan kelompok-kelompok lain, komunasionalis, dan seterusnya," tuturnya.
Menurut Deddy, meskipun demikian keputusan Pramono untuk maju dalam Pilgub Jakarta bukanlah keputusan yang mendadak.
Tetapi, nama Pramono Anung itu sudah mulai di perbincangkan selama dua bulan terakhir sebagai alternatif selain Ahok dan Anies.
Ketika nama Pram sudah muncul sejak 2 bulan lalu, kata Deddy, pihaknya juga mencoba untuk mengelaborasi potensi memasangkan Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk Pilkada Jakarta 2024.
"Itu karena melihat beberapa hal yang bisa menjawab kebutuhan-kebutuhan psikologi politik, termasuk juga psikologi sosial, dan juga persoalan elektoral di Jakarta," tuturnya.
Deddy menambahakan bahwa pihaknya memahami bahwa Anies Baswedan juga menjadi satu bagian dari sejarah dalam pemilihan gubernur DKI tahun 2017 yang akhirnya menimbulkan polarisasi.
"Kita ingin menjadi melakukan upaya untuk menyelesaikan persoalan polarisasi masyarakat Jakarta itu yang juga beramplikasi di tempat-tempat lain," imbuhnya.
Menurutnya, Pramono Anung menjadi kandidat kuat sebagai alternatif menyelesaikan polarisasi antara pendukung Anies dan Basuki Tjahaja.
"Sehingga kemudian muncullah alternatif itu kembali Pak Pramono Anung sebagai jalan tengah dari dua kutub ini," tukasnya.