Jelang Pilkada 2024, Bawaslu Khawatirkan Minimnya Pengetahuan Politik Anak Muda!
IST Bawaslu khawatir tentang minimnya pengetahuan politik di kalangan anak muda dan menyerukan pentingnya peningkatan literasi politik pada Pilkada 2024.--
BACAKORANCURUP.COM - Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) DKI Jakarta, Munandar Nugraha mengungkapkan kekhawatirannya mengenai rendahnya pengetahuan politik di kalangan pemilih muda menjelang Pilkada 2024.
Menurutnya, banyak dari mereka yang belum mengenal calon gubernur yang akan bertarung dalam pemilihan mendatang. Hal ini menunjukkan bahwa literasi politik di kalangan anak muda masih sangat minim.
Munandar menekankan pentingnya sosialisasi politik yang lebih intensif untuk meningkatkan pengetahuan politik di kalangan pemilih muda.
Ia mengusulkan agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan program sosialisasi yang lebih luas, termasuk di lingkungan sekolah. Guru dapat berperan sebagai agen literasi politik, membantu siswa memahami pentingnya partisipasi dalam pemilu.
BACA JUGA:IAIN Curup dan Mila University Malaysia Teken MoU
BACA JUGA:Menteri ATR/BPN Usulkan Mafia Tanah Dimiskinkan, Bakal Gandeng Kapolri hingga PPATK
Pemilih muda, terutama mereka yang berusia antara 17 hingga 24 tahun, diperkirakan akan menjadi kelompok yang signifikan dalam Pilkada DKI Jakarta 2024.
Data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjukkan bahwa segmen ini seringkali memiliki akses informasi politik yang terbatas. Kurangnya pengetahuan ini dapat berimbas pada partisipasi politik mereka dalam pemilu.
Partisipasi politik yang rendah di kalangan pemilih muda tidak hanya mempengaruhi mereka sendiri, tetapi juga berdampak pada kualitas demokrasi secara keseluruhan.
Munandar berharap agar Bawaslu dan Pemprov DKI Jakarta dapat melakukan upaya masif untuk meningkatkan kesadaran politik di kalangan anak muda. Hal ini penting agar mereka dapat mengambil keputusan yang bijak saat memilih.
Salah satu langkah yang diusulkan adalah integrasi pendidikan politik ke dalam kurikulum di sekolah. Dengan cara ini, siswa tidak hanya belajar tentang politik secara teoritis, tetapi juga bagaimana berpartisipasi dalam proses demokrasi. Pemahaman yang lebih baik akan membantu mereka menjadi pemilih yang lebih kritis dan aktif.
Selain itu, Bawaslu juga mendorong penggunaan media sosial dan platform digital sebagai sarana untuk menyebarkan informasi politik.
Pemilih muda sangat aktif di dunia maya, sehingga pemanfaatan media sosial untuk kampanye pendidikan politik dapat menjadi strategi yang efektif. Informasi yang disampaikan secara menarik dan mudah dicerna akan lebih mudah diterima oleh mereka.
Munandar juga menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk lembaga pendidikan, pemerintah, dan masyarakat. Dengan kerja sama yang baik, diharapkan bisa tercipta lingkungan yang mendukung peningkatan pengetahuan politik di kalangan pemilih muda.