3 Alasan Mahasiswa LPDP Tak Wajib Pulang ke Indonesia
Satryo Soemantri Brodjonegoro--
BACAKORANCURUP.COM - Setelah sebelumnya Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendikti Saintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro mengungkapkan bahwa mahasiswa yang menerima Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) tidak wajib kembali ke Indonesia.
Kini Satryo menjelaskan alasan mengapa mereka tidak harus kembali. Salah satunya lantaran Indonesia belum dapat menjamin pekerjaan bagi para alumni LPDP tersebut.
Sampai dengan penghujung 2023, jumlah penerima beasiswa mencapai 9.964 orang, dan per Juli 2024, tercatat 4.314 orang telah menerima beasiswa ini.
1. Hanya ASN atau TNI, Polri yang harus kembali ke Indonesia
Bagi penerima beasiswa yang bekerja di Instansi pemerintahan diwajibkan kembali. Karena memang selama ini, beasiswa LPDP juga diberikan kepada PNS, TNI, dan Polri.
BACA JUGA: Anggaran LPDP Diwacanakan NAIK
BACA JUGA:Yudisium PPG IAIN Curup
"Intinya kalau mereka yang awalnya dari instansi, ya harus pulang. Selama mereka adalah pegawai dari institusi pemerintahan yang ada di Indonesia. Kemudian disekolahkan keluar untuk kembali lagi atau tugas belajar ya itu harus pulang," ungkap Satryo usai Rapat Kerja bersama Komisi X DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, belum lama ini.
Sementara bagi penerima beasiswa LPDP yang tidak berasal dari instansi pemerintahan atau bukan ASN, Satryo berpendapat pihaknya tidak masalah untuk memberikan keleluasaan mengenai batas kepulangan mereka ke Tanah Air.
2. Wadah bagi lulusan luar negeri belum optimal
Wadah sekaligus peluang untuk berkarya dan mengabdi sesuai keahlian para mahasiswa lulusan LPDP, menurutnya belum optimal di dalam negeri. Sehingga, kepulangan para lulusan dengan gelar pendidikan tinggi asal luar negeri tersebut justru akan menjadi masalah bila pemerintah belum mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka.
"Kalau yang bukan dari instansi pemerintahan, kalau dari sisi kepatutan harus pulang. Tapi, kita juga tahu kalau tidak punya kerjaan itu tidak baik dan kalau pemerintah tidak mampu memberi mereka pekerjaan juga jadi sulit. Jadi, kami kasih waktu untuk terusin di sana cari pengalaman, perdalam lagi ilmunya," terang Satryo.