Minuman Berenergi Bisa Picu Locked-in Syndrome ? Ini Fakta Medisnya

IST Minuman berenergi--
BACAKORANCURUP.COM - Minuman berenergi kerap menjadi pilihan untuk meningkatkan stamina dan fokus, terutama di kalangan pekerja keras dan pecinta olahraga.
Namun, konsumsi yang tidak terkontrol ternyata bisa menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan, khususnya sistem saraf dan pembuluh darah di otak.
Dalam beberapa kasus, penggunaan berlebihan minuman ini telah dikaitkan dengan risiko terjadinya stroke dan gangguan serebrovaskular lainnya.
Salah satu laporan medis terbaru yang diterbitkan dalam Case Report in Neurology edisi April 2024 mengungkapkan kasus seorang pria berusia 30 tahun yang mengalami kejang cukup lama dan harus dilarikan ke ruang gawat darurat.
BACA JUGA:Menemukan Pasangan yang Tulus ? Inilah 7 Kunci Cinta Sejati dari Heavenly Ever After
BACA JUGA:Jangan Anggap Sepele ! Sakit Kepala Terus-Menerus Bisa Jadi Gejala Tumor Otak
Pria tersebut diketahui tidak memiliki riwayat kesehatan yang mengkhawatirkan sebelumnya. Namun, ia rutin mengonsumsi minuman pra-latihan (pre-workout) dan, pada hari kejadian, mengombinasikan minuman berenergi tersebut dengan 400 mg tablet kafein, jumlah yang jauh melebihi dosis harian yang dianjurkan.
Setelah menjalani pemeriksaan mendalam di rumah sakit, termasuk pemindaian CT scan, pria ini didiagnosis mengalami kondisi langka yang dikenal sebagai incomplete Locked-in Syndrome (LIS), yaitu gangguan neurologis akibat infark pada batang otak, khususnya di bagian arteri basilar.
Tim medis yang menangani kasus tersebut menduga bahwa kondisi ini berkaitan erat dengan konsumsi simultan antara kafein dosis tinggi dan bahan aktif dalam minuman berenergi.
Beberapa kandungan umum dalam minuman semacam ini seperti taurin, synephrine, dan stimulan lainnya, diduga memperbesar risiko kerusakan sistem pembuluh darah otak.
Meski mekanisme pastinya belum sepenuhnya dimengerti, para peneliti menyarankan agar dilakukan studi lanjutan guna memahami lebih dalam hubungan antara konsumsi berlebih minuman berenergi dan kejadian stroke.
Dokter spesialis saraf dari Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (Perdosni), dr Henry Riyanto, SpN, memberikan pandangannya terkait hal ini.
Ia menjelaskan bahwa minuman berenergi pada umumnya mengandung zat neurostimulan yang bekerja dengan cara merangsang sistem saraf pusat dan meningkatkan kewaspadaan. Akan tetapi, zat-zat tersebut juga berdampak pada sistem kardiovaskular, terutama dalam meningkatkan tekanan darah dan detak jantung.
“Pada individu dengan faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, kolesterol, atau gangguan pembuluh darah, konsumsi minuman ini bisa memperburuk kondisi dan memicu kejadian seperti stroke iskemik,” terang dr Henry.