Transformasi Pendidikan Jepang Pasca-Perang, Bisa Jadi Cermin untuk Indonesia Masa Kini !

IST Pendidikan di Jepang--
Namun, Jepang tidak berjalan sendiri dalam proses ini. Sebagai negara yang dikalahkan dalam perang, Jepang berada di bawah kendali Amerika Serikat yang turut mengawasi dan ikut menyusun kebijakan pendidikan
. Kedua negara tidak memulai dari nol, melainkan mempelajari sistem pendidikan negara-negara maju lain, lalu menyesuaikannya dengan karakter dan kebutuhan bangsa Jepang.
Salah satu hasil penting dari kajian ini adalah dihapusnya kurikulum yang sarat dengan muatan propaganda militer dan ultra-nasionalisme.
Sebelum reformasi, pendidikan Jepang mendorong anak-anak untuk memuja negara secara membabi buta dan bahkan mengorbankan nyawa jika diminta.
Narasi "Jepang sebagai negeri para dewa" mengakar kuat dalam pendidikan, menciptakan generasi yang siap berperang tapi kurang kritis.
Setelah perang, pemerintah menyadari bahwa pendekatan tersebut tidak hanya membahayakan dunia, tetapi juga merugikan pembangunan bangsa sendiri karena mematikan kemampuan berpikir rasional, melemahkan inovasi, dan menghilangkan rasa tanggung jawab sosial.
Sejarawan Benjamin Duke dalam The History of Modern Japanese Education (2009) mencatat bahwa kurikulum baru Jepang menekankan pada pendidikan moral, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kesetaraan hak, serta pembentukan karakter warga negara yang aktif.
Perubahan besar juga terjadi dalam sistem rekrutmen guru. Jepang menyadari bahwa kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas pendidik. Oleh karena itu, hanya mereka yang telah mengikuti pelatihan profesional dan memiliki sertifikasi yang diizinkan mengajar.
Pemerintah secara aktif merekrut calon guru, melatih mereka dari dasar, dan memastikan bahwa para pendidik tidak hanya menguasai materi, tetapi juga mampu menanamkan nilai-nilai positif kepada siswa.
Prinsip dasarnya sederhana: kesejahteraan rakyat dan semangat kebangsaan tidak bisa dipisahkan dari sistem pendidikan yang baik. Ketika masyarakat hidup layak dan berpendidikan, rasa cinta tanah air akan tumbuh dengan sendirinya.
Dalam pandangan Susy Ong, pendidikan bukan sekadar proses transfer ilmu, tetapi jalan untuk membangun bangsa yang cerdas, berkarakter, dan bertanggung jawab.
Pendidikan yang baik menciptakan masyarakat yang mampu berpikir jernih, bekerja produktif, serta hidup damai dalam tatanan sosial yang beradab.
Perubahan tersebut membawa hasil nyata. Dalam waktu kurang dari dua dekade, Jepang bertransformasi menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar dunia.
Peter Cave dalam bukunya Primary School in Japan (2007) mencatat bahwa pada periode 1960 hingga 1990, Jepang dikenal sebagai motor penggerak ekonomi global. Lulusan pendidikan Jepang unggul dalam bidang sains dan teknologi, dan sistem pendidikannya menjadi rujukan internasional.
Dari perjalanan panjang reformasi pendidikan Jepang, Indonesia bisa menarik banyak pelajaran. Jika ingin menyetarakan diri dengan negara maju, maka perombakan sistem pendidikan harus menjadi prioritas.