Program Makan Bergizi Gratis Tercoreng! 17 Kasus Keracunan Terjadi, BPOM Ungkap Penyebab Utama!

Makan Bergizi Gratis--

BACAKORANCURUP.COM - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan pemerintah sebagai upaya meningkatkan gizi anak-anak Indonesia kini menghadapi tantangan serius. Sejak peluncurannya pada Januari 2025, tercatat 17 kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan di 10 provinsi hingga pertengahan Mei.

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Taruna Ikrar, mengungkapkan bahwa penyebab utama insiden ini adalah kontaminasi bahan pangan mentah, pertumbuhan bakteri akibat pengolahan yang tidak tepat, serta kegagalan dalam pengendalian keamanan pangan di dapur penyedia makanan.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran terhadap efektivitas dan keamanan program MBG yang seharusnya menjadi solusi bagi perbaikan gizi nasional.

BPOM menyoroti bahwa sebagian besar kasus keracunan makanan berasal dari jasa boga dan industri rumah tangga. Hal ini menunjukkan perlunya pengawasan ketat terhadap proses pengolahan makanan, terutama dalam skala besar seperti program MBG.

BACA JUGA:Komdigi Siapkan Internet Gratis, Untuk Puskesmas, Kantor Desa dan Sekolah

BACA JUGA:Bunker Israel Berhasil Ditembus Rudal Iran

Kepala BPOM menekankan pentingnya penerapan prinsip Good Catering Practices (GCP) untuk memastikan makanan yang disajikan aman dan higienis. Tanpa standar operasional yang jelas dan pelatihan yang memadai bagi penyedia makanan, risiko keracunan makanan akan terus mengintai.

Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Nuri Andarwulan, menambahkan bahwa selain pengolahan yang tidak tepat, penggunaan bahan baku yang tidak terjamin kualitasnya juga menjadi faktor risiko.

Ia menyarankan agar pemerintah melakukan pelatihan intensif bagi penyedia makanan dalam program MBG, termasuk edukasi tentang pentingnya kebersihan, penyimpanan yang benar, dan pengolahan makanan yang sesuai standar. Dengan demikian, diharapkan insiden keracunan makanan dapat diminimalisir.

Selain aspek keamanan pangan, program MBG juga menghadapi tantangan lingkungan. Penggunaan kemasan plastik sekali pakai dalam distribusi makanan menimbulkan kekhawatiran akan peningkatan sampah plastik dan paparan mikroplastik pada anak-anak.

Lembaga lingkungan seperti Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) mengingatkan bahwa mikroplastik dapat menyebabkan gangguan kesehatan jangka panjang. Oleh karena itu, pemerintah didesak untuk mencari solusi ramah lingkungan dalam pengemasan makanan, seperti penggunaan wadah yang dapat digunakan kembali.

Menanggapi berbagai tantangan tersebut, BPOM menyatakan komitmennya untuk mengawal program MBG dari hulu hingga hilir. Langkah-langkah yang akan diambil meliputi pengawasan ketat terhadap bahan baku, proses pengolahan, hingga distribusi makanan.

BPOM juga akan bekerja sama dengan kementerian terkait untuk memastikan standar keamanan pangan diterapkan secara konsisten di seluruh daerah. Dengan pendekatan yang holistik, diharapkan program MBG dapat berjalan dengan aman dan efektif.

Pemerintah daerah juga memiliki peran penting dalam menyukseskan program MBG. Mereka diharapkan aktif dalam melakukan pengawasan, memberikan pelatihan kepada penyedia makanan lokal, serta memastikan fasilitas dapur memenuhi standar kebersihan dan keamanan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan