Jamur Shitake Bukan Sekadar Lezat ! Ini Fakta Gizi dan Nilai Ekonominya

IST Jamur Shitake--
BACAKORANCURUP.COM - Jamur shitake termasuk salah satu jenis jamur yang sudah sangat populer di kalangan pecinta kuliner dan penggiat hidup sehat.
Selain rasanya yang lezat dan teksturnya yang khas, jamur ini juga mudah ditemukan di pasar modern maupun tradisional.
Jamur shitake dikenal dari penampilannya yang cenderung lebih tua dan berwarna cokelat tua, dengan permukaan sedikit pecah-pecah.
Meski terlihat "lapuk", justru itulah ciri fisik alaminya, dan banyak yang menganggapnya sebagai indikator kualitas. Untuk mengenal lebih dalam tentang jamur shitake, simak berbagai fakta menarik berikut ini.
BACA JUGA:Ilmuwan China Temukan Cara Ubah Metanol Jadi Gula
BACA JUGA:Masa Depan Anak Terancam ? Ini Bahaya Tersembunyi di Balik Iklan Makanan Online
1. Jejak sejarah
Jamur shitake bukanlah produk modern yang baru dikenal masyarakat. Sebaliknya, jamur ini telah melewati perjalanan sejarah yang panjang dan kaya makna.
Berdasarkan informasi dari Cascadia Mushrooms, praktik budidaya jamur shitake sudah berlangsung sejak tahun 1209 pada masa Dinasti Song di Tiongkok. Ini menjadikannya sebagai salah satu spesies jamur pertama yang dibudidayakan secara tradisional, jauh sebelum teknologi pertanian modern berkembang.
Awalnya, jamur ini hanya tumbuh secara alami di hutan-hutan lembap, khususnya pada batang pohon mati. Namun, seiring berkembangnya ilmu pertanian, masyarakat Asia Timur mulai mempelajari cara membudidayakannya. Sejak saat itu, jamur shitake tidak hanya digunakan sebagai bahan makanan, tetapi juga sebagai bagian dari pengobatan tradisional.
2. Asal-usul nama
Mendengar kata “shitake”, mungkin sebagian orang akan langsung mengaitkannya dengan budaya Jepang. Tidak salah, karena kata tersebut memang berasal dari bahasa Jepang, yakni “shii” yang merujuk pada pohon shii (sejenis pohon ek) dan “take” yang berarti jamur. Jadi secara harfiah, shitake adalah "jamur pohon shii".
Namun yang menarik, meskipun namanya dari bahasa Jepang, jamur ini justru pertama kali diketahui dan dibudidayakan di Tiongkok.
Ini menunjukkan adanya pertukaran budaya antara Jepang dan Tiongkok dalam hal konsumsi serta budidaya pangan. Bahkan saat ini, shitake telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kuliner di hampir seluruh negara Asia Timur.