Pempek, Cita Rasa Palembang yang Menggoda Sejak Zaman Kerajaan Sriwijaya, Inilah Sejarahnya !
IST Foto Makanan Pempek yang Sangat Menggugah Selera, Tangkapan Layar dari Akun Instagram @juwita_foto_pekalongan--
BACAKORANCURUP.COM - Pempek adalah salah satu makanan khas Palembang, Sumatera Selatan, yang sangat populer di Indonesia.
Makanan ini terbuat dari ikan dan tepung sagu, biasanya disajikan dengan kuah cuko yang pedas dan asam. Sejarah pempek mencerminkan kekayaan kuliner daerah dan pengaruh budaya yang beragam.
Menurut buku "Pempek Palembang: Makanan Tradisional dari Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan," pempek pertama kali muncul pada masa Kerajaan Sriwijaya, sekitar abad ke-7 Masehi.
Bukti keberadaannya dapat dilihat dari temuan Prasasti Talang Tuo yang menunjukkan bahwa tanaman sagu sudah ada sejak abad tersebut. Pempek diyakini berasal dari komunitas Tionghoa di Palembang.
BACA JUGA:Dusun Bambu Lembang, Dilengkapi Fasilitas Modern untuk Pengalaman Wisata Terbaik!
Awalnya, pempek dibuat oleh para pedagang Tionghoa yang membawa resep dari tanah asal mereka.
Pempek mulai dijajakan oleh mereka pada tahun 1916 Masehi dengan cara berkeliling dari kampung ke kampung dengan berjalan kaki.
Umumnya, jajanan ini dijual di area keraton, yang kini menjadi kawasan Masjid Agung dan Masjid Lama Palembang.
Nama "pempek" berasal dari panggilan pembeli kepada penjual, yang disebut "empek" atau "apek," yang berarti "paman" dalam bahasa Tionghoa. Para pembeli memanggil penjual itu dengan "Pek, empek," dan sebutan ini kemudian dikenal sebagai pempek hingga kini. Seiring waktu, pempek berkembang dan disesuaikan dengan selera lokal.
Proses pembuatan pempek sangat unik, di mana ikan yang digunakan biasanya adalah ikan tenggiri, yang memberikan rasa khas pada makanan ini.
Di Palembang, pempek memiliki banyak variasi, seperti pempek kapal selam, pempek lenjer, dan pempek adaan.
Pempek kapal selam adalah jenis pempek yang diisi dengan telur, sedangkan pempek lenjer berbentuk silinder panjang.
Setiap jenis pempek memiliki cara penyajian dan rasa yang berbeda, namun semuanya tetap menggunakan kuah cuko yang menjadi ciri khas.