Simak Kisah Misteri Pembantaian Westerling, Jejak Roh-Roh Korban di Sulawesi Selatan !
IST Makam para korban pembantaian westerling--
BACAKORANCURUP.COM - Pembantaian Westerling di Sulawesi Selatan adalah salah satu tragedi kelam dalam sejarah Indonesia.
Operasi yang dilakukan oleh pasukan Belanda di bawah pimpinan Raymond Pierre Paul Westerling antara Desember 1946 hingga Februari 1947 ini menewaskan ribuan orang tak bersalah.
Namun, kisah ini bukan hanya menyisakan luka sejarah, melainkan juga misteri yang hingga kini masih menghantui masyarakat setempat.
Jejak roh-roh korban disebut-sebut masih terasa di beberapa wilayah, menambah kesan angker di lokasi-lokasi tersebut.
BACA JUGA:Sejarah dan Misteri Museum Fatahillah di Kota Tua Jakarta, Hantu Kolonial atau Hanya Legenda ?
BACA JUGA:Misteri Kejayaan Kerajaan Mataram dan Peran Gaib Nyi Roro Kidul di Balik Sejarahnya !
Westerling, seorang komandan tentara Belanda, memimpin operasi militer yang dikenal dengan "Operasi Pembersihan" atau Executie-Eenheden. Operasi ini bertujuan untuk menumpas para pejuang kemerdekaan di Sulawesi Selatan. Namun, yang terjadi di lapangan jauh lebih kejam.
Dalam berbagai laporan, Westerling dikenal menggunakan metode brutal dengan mengeksekusi ribuan warga sipil tanpa proses peradilan.
Diperkirakan sekitar 40.000 jiwa menjadi korban kekejaman tersebut, meski angka pasti masih menjadi perdebatan hingga kini.
Beberapa wilayah di Sulawesi Selatan, khususnya Kabupaten Bone, Parepare, dan Makassar, dikabarkan menyimpan energi mistis yang kuat pasca pembantaian tersebut.
Banyak warga setempat yang meyakini bahwa roh-roh para korban masih berkeliaran, tidak bisa tenang karena meninggal secara tragis. Salah satu kisah misteri yang terkenal adalah penampakan sosok-sosok tak kasat mata di daerah pemakaman massal korban pembantaian.
Warga sekitar kerap melaporkan suara-suara aneh di malam hari, seperti jeritan dan tangisan, yang diyakini berasal dari arwah korban. Ada pula yang mengaku melihat penampakan sosok-sosok pucat yang tiba-tiba muncul di jalanan sepi, terutama di area yang dulu menjadi lokasi pembantaian. Fenomena ini sering terjadi di malam hari, terutama menjelang peringatan tragedi Westerling.
Museum Balla Lompoa, yang berlokasi di Gowa, menyimpan banyak barang peninggalan dari masa-masa kelam itu. Beberapa pengunjung dan pekerja museum mengaku merasakan kehadiran "sesuatu" saat berada di ruang pameran tertentu.
Mereka menggambarkan suasana ruangan yang tiba-tiba menjadi dingin, atau pintu-pintu yang terbuka dengan sendirinya tanpa ada orang yang mendekat.