Benarkah, 2 Jenis Buah Ini Atasi Kiamat!

Senin 23 Dec 2024 - 13:30 WIB
Reporter : Ari
Editor : Radian

BACAKORANCURUP.COM - Durian dan rambutan telah lama dikenal masyarakat dunia sebagai buah tropis khas Indonesia. Namun, selain dua buah tersebut, ada buah lain dari Indonesia yang juga sangat populer dan dicari oleh dunia, yaitu sukun.

Popularitas sukun berawal dari pandangan orang Eropa terhadap buah dengan manfaat tinggi. Selama berabad-abad, mereka memiliki fantasi tentang "buah yang lebih unggul dari buah lainnya" karena khasiatnya yang luar biasa.

Namun, karena iklim Eropa yang dingin, impian itu tetap menjadi angan-angan hingga era penjelajahan samudra dimulai.

Saat itu, para penjelajah Eropa akhirnya menemukan buah yang dimaksud, dan buah tersebut adalah asli Indonesia.

BACA JUGA:Ini Urutan Kelulusan Pengangkatan Honorer Jadi PPPK Tahun 2024 Menurut Keputusan MenPAN RB

BACA JUGA:Ini 5 Tanda Mantan Masih Menyimpan Rindu Padamu

Sukun dan "Bread fruit"

Di Kepulauan Nusantara yang berjarak 10.603 km dari Eropa, buah dalam imajinasi mereka—sukun—dapat ditemukan dengan mudah. Catatan sejarah menunjukkan bahwa sukun telah tersebar luas di wilayah Nusantara dan beberapa negara Pasifik. Relief di Candi Borobudur bahkan menggambarkan sukun sebagai bahan makanan penting bagi masyarakat pada masa itu.

Interaksi pertama orang Eropa dengan sukun terjadi pada abad ke-17. Penjelajah Inggris William Dampier menjadi salah satu orang Eropa pertama yang mendokumentasikan buah ini. Pada 1686, ketika ia mengunjungi Guam, ia menemukan buah unik yang tidak memiliki biji di dalamnya.

Dalam bukunya A New Voyage Round the World (1697), Dampier menyebut buah tersebut sebagai bread fruit karena teksturnya menyerupai roti panggang ketika dipanggang. Dampier menilai buah ini sangat lezat dan memiliki potensi besar untuk mengatasi kelaparan serta penyakit kudis.

Kisah Dampier tentang bread fruit memicu rasa penasaran di Eropa. Namun, karena jarak yang jauh, sulit bagi mereka untuk mencicipi atau membawa bibit sukun ke Eropa. Kesaksian serupa juga dicatat oleh ahli botani Belanda, Rumphius, dalam Herbarium Amboinese (1741), yang menyebut sukun sebagai buah serbaguna dengan potensi menyelamatkan orang dari kelaparan.

Pada 1775, James Cook, dengan dukungan ahli botani Joseph Banks, mulai meneliti sukun untuk menyebarkannya ke koloni Inggris sebagai bahan pangan. Riset mengonfirmasi bahwa sukun adalah tanaman bernutrisi tinggi, sehingga Raja George III menyetujui program penanamannya.

Bibit sukun kemudian dibawa dan ditanam di Karibia, Amerika Tengah, serta koloni-koloni Inggris lainnya. Dari sana, bibitnya menyebar ke Afrika, Asia, dan wilayah lain, menjadikan sukun buah yang dikonsumsi secara global.

 

Sukun: Super food dan Solusi Krisis Pangan

Kategori :