Filianingsih menegaskan bahwa pedagang memiliki dua peran krusial dalam mencegah peredaran QRIS palsu :
1. Menjaga QRIS tetap dalam pengawasan
Pedagang wajib memastikan bahwa kode QRIS pembayaran tidak dipindahkan, diganti, atau diakses oleh pihak lain. Mereka juga harus mengawasi langsung setiap proses transaksi yang dilakukan pelanggan.
2. Memverifikasi transaksi secara aktif
Pedagang harus selalu mengecek status pembayaran, misalnya dengan memastikan bahwa notifikasi pembayaran diterima dan sesuai dengan jumlah transaksi.
Tak hanya pedagang, konsumen pun dituntut untuk lebih cermat.
Filianingsih mengingatkan agar pengguna QRIS memeriksa apakah nama merchant yang muncul di layar sesuai dengan tempat belanja mereka.
“Pastian namanya cocok. Jangan sampai muncul nama yayasan, padahal kita sedang berbelanja di toko onderdil,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa pengawasan terhadap penyelenggara jasa pembayaran (PJP) serta upaya perlindungan konsumen terus dilakukan oleh Bank Indonesia dan ASPI sebagai bentuk komitmen bersama dalam menjaga kepercayaan publik.
Untuk melindungi diri dari risiko penipuan berbasis QR code, berikut beberapa langkah pencegahan yang disarankan :
• Jangan mudah percaya pada QR code yang ditempel di ruang publik atau diberikan oleh orang asing. Bisa jadi kode tersebut telah dimanipulasi untuk tujuan jahat.
• Waspadai tekanan atau bujukan untuk segera memindai QR code. Pelaku sering kali menciptakan situasi darurat palsu agar korban tergesa-gesa.