Curupekspress.bacakoran.co - Anugerah Allah berupa bulan Ramadan yang identik dengan pelaksanaan ibadah puasa yang merupakan perintah Allah yang sudah berlalu sejak sebelum Islam, Syariat puasa atau shaum sudah ditetapkan sejak zaman nabi Adam Alaihissalam, Menjadi wasilah bagi seseorang untuk dapat menundukan diri dari hal yang dapat merusak nilai kemuliaan diri seperti sifat serakah, tamak, dendam, sifat marah dan semua sifat buruk manusia.
Dengan berpuasa, manusia dituntut untuk dapat menahan segala hawa nafsunya sehingga dikendalikan untuk bisa lebih bersabar, peduli terhadap sesama, ikhlas, dermawan, murah hati dan perbuatan perbuatan yang baik lainya, tentunya hal tersebut dapat diwujudkan jika makna puasa atau shaum tersebut sudah kita wujudkan dalam bentuk ilmu dan amal ibadah.
Tujuan mulya berpuasa yang disyariatkan Islam kepada umat menjadikan sesuatu yang memboomingkan perilaku dan kebiasaan ke arah yang lebih baik, coba kita perhatikan semaraknya kegiatan di setiap rumah dalam kegiatan sahur dan rangkaian sesudahnya, begitu sangat kuat peruntukannya diri untuk bisa lebih disiplin dan patuh terhadap batasan - batasan waktu sehingga menjadi titik awal seseorang yang akan memulai berpuasa atau shaum.
Dampak dari hal tersebut tentunya dapat menjadikan seseorang mempunyai kesungguhan niat dengan bangun di awal waktu, daya tahan diri dengan tidak sejak awal pagi tentunya merupakan sebuah pelatihan diri yang terstruktur dan kompleks karena melibatkan jiwa dan fisik seseorang yang sedang melaksanakan ibadah puasa.
Namun, dari hal ideal tersebut bagaimana realisasinya, dan ini yang menjadi sesuatu hal yang harus diusahakan secara berkelanjutan.
Sebuah pertanyaan apakah ramadan tidak memberikan bekas untuk perbaikan diri bagi mereka yang berpuasa, secara sederhana tentulah kita bisa menjawabnya, karena bulan ramadan memberikan makna bagi mereka yang mengamalkannya, dan jawaban sederhana ini tentunya akan nampak pada kebiasaan sesudahnya seperti menjalankan ibadah sholat dengan cara disiplin untuk berjamaah di masjid, rajin membaca al qur'an, bersifat lebih sabar, serta mulia dalam segala perbuatannya.
Budaya Ramadan di dalam kehidupan keseharian yang sangat membahagiakan diri kita adalah begitu mudahnya kita merajut rasa kebersamaan melalui semangat berbagi antar sesama, seperti halnya pihak - pihak yang membagikan takjil gratis kepada orang - orang yang berlalu lalang di jalanan, hal ini menjadikan tadabbur bagi kita semua bahwa sesuai dengan firman Allah SWT yang menyampaikan bahwa :
"Sesungguhnya, diutusnya nabi (Islam) sebagai rahmat bagi semesta alam," (QS Al Anbiya ayat 107), disinilah muslim membudayakan nilai Islam didalam kehidupan dengan sifat berbagi , murah hati yang nantinya berdampak kepada rasa peduli yang kuat sebagai sebuah resonansi budaya dan pembiasaan kebaikan yang memang tidak mudah diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dikarenakan dangkalnya ilmu, keawaman dari tingkat pemahaman yang jauh dari sifat paham keislaman, menjadi budaya keseharian yang rutin tanpa makna.