"Ini yang harus diperdebatkan panjang kali lebar, lalu dicarikan jalan keluarnya seperti apa. Ini penting untuk menjamin guru--guru kita semuanya berkualitas dan sejahtera. Jangan seperti sekarang, mereka terdiskriminasi oleh sistem sehingga banyak yang bekerja sampingan, ada yang jadi pemulung, jasa badut, kuli bangunan, dll. Ini sangat memprihatinkan," tambahnya.
Di samping itu juga program pemerintah untuk meningkatan kualitas guru, seperti Guru Penggerak, masih belum bisa dijangkau secara menyeluruh.
"Sekarang ini, program Guru Penggerak masih sangat terbatas dan belum menjangkau semua. Hal ini diperparah dengan ketidakpahaman pemerintah daerah bagaimana peran mereka dalam menjawab soal-soal ini," tandasnya.
Di sisi lain, sekolah dan perguruan tinggi juga masih menjadi barang mahal bagi sebagian besar masyarakat.
"Masih jutaan kasus anak tidak sekolah, ini juga dialami oleh mayoritas anak-anak disabilitas. Pada sisi lain, anak-anak yang sekolah tidak bisa lanjut ke jenjang lebih tinggi karena ijazah mereka ditahan oleh pihak sekolah."
Pembiayaan sektor pendidikan ini masih menjadi benang kusut yang kurang diperhatkan.
Lebih lanjut, Ubaid menyoroti pentingnya menciptakan sekolah yang ramah terhadap anak.
"Jangan seperti hari ini, sekolah kita sedang darurat perundungan dan kekerasan seksual. Bagaimana mereka bisa belajar kalau rasa aman itu tidak ada di sekolah" tandasnya.Oleh karena itu, ia berharap melalui pemerintahan mendatang harus ada perbaikan, perubahan, dan terobosan-terobosan yang mampu membawa sektor pendidikan lebih berkeadilan bagi semua dan tidak ada diskriminasi.