Mu'ti : Banyak Sekolah Swasta Tutup Karena Zonasi

Abdul Mu'ti--

BACAKORANCURUP.COM - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI, Abdul Mu'ti menyatakan, bahwa masuknya siswa ke sekolah-sekolah swasta dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik baru (PPDB) bakal lebih diperhatikan lagi.

Karena menurutnya, selama ini terdapat kritik soal PPDB sistem zonasi, karena akhirnya banyak sekola-sekolah swasta yang tutup lantaran tidak kebagian siswa.

"Yang juga perlu kami lihat berdasarkan pengalaman beberapa daerah itu nanti juga ada alokasi untuk sekolah swasta. Karena selama ini di antara kritik terhadap zonasi itu banyak sekolah swasta yang tutup, tidak kebagian murid," kata Mu'ti di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (26/11).

Lebih lanjut Mu'ti menuturkan, siswa yang masuk ke sekolah negeri berlebih karena kebijakan sistem zonasi.

BACA JUGA:Kemenag Gelar Lomba Pembuatan Media Pembelajaran

BACA JUGA:Horee! Gaji Guru ASN dan Non ASN Tahun Depan Naik

Yang mana, ini membuat standar mutu pendidikan tidak dapat terpenuhi lantaran rasio guru dan murid tidak seimbang.

Untuk itu, dirinya menyebutkan, pemerintah terus mengkaji kelemahan sistem zonasi. Terlebih, Presiden Prabowo Subianto sudah memintanya memperdalam soal sistem zonasi. Mu'ti juga berharap pada tahun ajaran 2025/2026 yang akan datang, sekolah sudah bisa menerapkan zonasi dengan sistem baru.

"Jadi sekarang kami masih memperdalam kembali kajian PPDP zonasi dan nanti hasilnya akan kami sampaikan ke pak presiden dan keputusannya akan disampaikan dalam sidang kabinet," ucapnya.

Diterangkan Mu'ti sistem zonasi sebetulnya memiliki empat filosofi. Pertama sistem zonasi memiliki tujuan supaya pendidikan makin bermutu untuk semua.

Filosofi kedua, yakni inklusi sosial, ketiga integrasi sosial, dan keempat kohesivitas sosial.

Pada sistem ini, sambung dia, bertujuan supaya anak-anak bisa belajar di sekolah yang dekat dengan rumah. Anak-anak dari kalangan kelas sosial manapun bisa belajar di sekolah yang sama.

"Jadi tidak ada segregasi antara, mohon maaf, misalnya anak-anak dari kelas yang mampu dengan tidak mampu atau saya sering gunakan bahasa, tidak ada segregasi antara yang elit dengan yang alit. Karena itu ada inklusi sosial di situ," demikian Abdul Mu'ti.

Tag
Share