Bulgalbi Ortodok, Oleh: Dahlan Iskan

Dahlan Iskan--

Benar. Tempat dagingnya seperti tempat dupa. Potongan daging menggunung di dalamnya. Di bawah tumpukan daging itu arang. Membara. Daging pun terjaga panasnya. 

"Ayo makan dagingnya," pinta saya kepadanya. 

"Saya masih melanjutkan puasa," jawabnya. 

Ia pun menjelaskan: puasa Rabu-Jumat itu memang sampai pukul 12 siang (waktu kita). Setelah itu boleh makan tapi terbatas: tidak boleh makan daging apa pun, telur, susu, keju. Hanya boleh sayur dan buah. 

Maka saya harus bertanggung jawab atas gunung daging itu. Mungkin setengah kilogram. Istri saya pasti senang melahap daging itu. Saya foto. Saya kirimkan padanyi yang masih di Makkah. 

Saya cari-cari rasa apa daging itu. Ketemu: rasa bulgalbi-nya masakan Korea. Ukuran potongannya pun mirip bulgalbi. 

Maka saya lahap gunung daging itu dengan cara makan yang sama dengan gaya makan bulgalbi. 

Potongan daging saya taruh di atas sayur salad. Potongan daging saya bungkus dengan sayur itu. Saya masukkan mulut pakai tangan. Serasa di resto Korea. Bukan di Makelle Ethiopia. 

Lapar adalah lauk terbaik di dunia

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan