Istilah "Selain Donatur Dilarang Ngatur" Jadi Kontroversi, Apa Arti Sebenarnya ?

Reporter: Lola |

Editor: Radian |

Kamis , 20 Mar 2025 - 13:00

IST Kontroversi kalimat "Selain Donatur Dilarang Ngatur"--

istilah "selain donatur dilarang ngatur" jadi kontroversi, apa arti sebenarnya ?                            bacakorancurup.com - ungkapan "selain donatur dilarang ngatur" baru-baru ini menjadi topik hangat di media sosial. pernyataan ini, yang dipopulerkan oleh michele halim, memicu perdebatan sengit di berbagai platform.
dalam konteks hubungan romantis, frasa ini diartikan sebagai prinsip bahwa seseorang hanya bersedia menerima arahan atau aturan dari pasangan yang secara finansial mendukungnya atau dalam istilah lain, "donatur" dalam hubungan tersebut.
namun, apakah ungkapan ini sekadar cerminan hubungan transaksional yang berbasis materi, ataukah ada makna lebih dalam yang perlu kita telaah ?
reaksi publik terhadap pernyataan ini terbagi menjadi dua kubu. sebagian orang menganggapnya sebagai bentuk materialisme yang menormalisasi konsep hubungan berbasis keuntungan finansial.
baca juga:permintaan jasa digital di bulan ramadan meningkat, konten war takjil dan sahur bertebaran di medsos
baca juga:penyebab kenapa puasa bisa membuat jarang bab
mereka berpendapat bahwa sebuah hubungan seharusnya dibangun atas dasar kasih sayang, bukan transaksi ekonomi.
di sisi lain, ada yang melihatnya sebagai bentuk pembelaan diri terhadap ekspektasi yang tidak masuk akal. dalam sudut pandang ini, ungkapan tersebut bisa diartikan sebagai batasan yang diberikan seseorang untuk mencegah pihak lain yang tidak berkontribusi dalam hidupnya memberikan terlalu banyak tuntutan atau komentar.
sebelum menilai secara hitam putih, penting untuk memahami konsep ini dari perspektif psikologi sosial.
dalam teori keseimbangan hubungan (balance theory) yang dikembangkan oleh fritz heider, ada prinsip bahwa seseorang cenderung merasa lebih berhak untuk mengatur atau memberikan pendapat jika mereka memiliki keterlibatan langsung dalam suatu situasi.
sebaliknya, ketika seseorang tidak memiliki kontribusi nyata tetapi terlalu banyak menuntut atau mengkritik, ini menciptakan ketidakseimbangan yang dapat menimbulkan resistensi.
dengan kata lain, pernyataan ini bisa dipahami sebagai respons alami terhadap kritik atau tuntutan yang datang dari orang-orang yang sebenarnya tidak memiliki andil dalam kehidupan seseorang.
meskipun perdebatan ini banyak berfokus pada aspek finansial, makna "kontribusi" dalam hubungan tidak selalu terbatas pada uang.
dalam berbagai jenis hubungan baik asmara, pertemanan, atau profesional, kontribusi bisa berupa dukungan emosional, tenaga, atau bahkan kepercayaan.
konsep ini sejalan dengan prinsip dalam hubungan yang sehat, di mana keseimbangan antara memberi dan menerima menjadi faktor penting dalam menjaga keharmonisan.
jika salah satu pihak merasa tidak mendapatkan kontribusi yang sepadan dari pihak lain, wajar jika muncul perasaan enggan untuk menerima aturan atau arahan dari mereka.
setiap individu berhak menentukan siapa yang memiliki suara dalam hidupnya, dan keputusan itu sering kali didasarkan pada seberapa besar keterlibatan atau peran yang dimainkan oleh orang tersebut.
daripada hanya melihatnya dari sisi materialisme, mungkin kita bisa mengambil pelajaran bahwa mengatur atau menuntut sesuatu sebaiknya disertai dengan kontribusi nyata, bukan sekedar opini tanpa dasar.

Tag

Share

Koran Edisi Terbaru

Baca Koran CURUP EKSPRESS 31 MARET 2025

Berita Terkini

Berita Terpopuler

Berita Pilihan