Mengenal Samsung Galaxy Z TriFold, Teknologi Lipat Tiga yang Jadi Gebrakan 2025 !
Samsung Galaxy Z TriFold hadir dengan dukungan untuk produktivitas tinggi--
BACAKORANCURUP.COM - Samsung Electronics kembali membuat gebrakan besar di industri teknologi dengan memperkenalkan Samsung Galaxy Z TriFold, ponsel layar tiga lipatan pertama dalam lini produknya.
Kehadiran perangkat ini tidak hanya menjadi simbol inovasi terbaru Samsung, tetapi juga strategi perusahaan untuk mempertahankan dominasi di pasar smartphone premium yang persaingannya semakin ketat.
Dalam beberapa tahun terakhir, produsen China semakin agresif merilis perangkat lipat, sehingga Samsung merasa perlu menghadirkan sesuatu yang benar-benar baru agar tetap berada di garis terdepan.
Peluncuran Galaxy Z TriFold menjadi langkah signifikan bagi perusahaan asal Korea Selatan tersebut. Di tengah meningkatnya jumlah ponsel lipat dari berbagai merek, Samsung berusaha menunjukkan bahwa mereka masih menjadi pionir dalam desain dan teknologi foldable.
BACA JUGA:BMKG Waspada Bibit Siklon Tropis di Selatan Indonesia, Ancaman Menjelang Nataru 2026
BACA JUGA:Kenapa Banyak Orang Bersih-bersih Saat Stres ? Ini Penjelasan Psikologinya
Walau demikian, kategori ponsel lipat masih tergolong niche karena harga yang relatif tinggi serta teknologi yang membutuhkan penyempurnaan lebih lanjut. Namun, Samsung tampaknya yakin bahwa TriFold akan memberikan warna baru bagi pasar dan menunjukkan kemampuan teknis mereka yang semakin matang.
Salah satu daya tarik terbesar Galaxy Z TriFold terletak pada desainnya. Perangkat ini mampu dibentangkan menjadi layar berukuran 10 inci melalui mekanisme tiga panel lipatan. Ukuran layar ini bahkan hampir 25 persen lebih besar dibandingkan Galaxy Z Fold 7, menjadikannya perangkat ideal untuk multitasking, menonton film, hingga produktivitas tingkat tinggi. Dengan layar sebesar tablet namun tetap bisa dilipat menjadi ukuran ringkas, TriFold menghadirkan pengalaman yang sangat fleksibel bagi pengguna yang menginginkan perangkat serba bisa.
Samsung juga membekali perangkat ini dengan baterai terbesar yang pernah dipasang pada smartphone flagship mereka. Ditambah lagi, TriFold mendukung teknologi super fast charging, memungkinkan pengguna mengisi daya hingga 50 persen hanya dalam waktu 30 menit. Kombinasi layar besar dan baterai besar membuat perangkat ini dapat digunakan lebih lama tanpa perlu sering mencari colokan.
Perangkat inovatif ini mulai dipasarkan di Korea Selatan pada 12 Desember 2025, diikuti peluncuran di China dan Uni Emirat Arab sebelum akhir tahun. Sementara itu, warga Singapura bisa mendapatkannya mulai 19 Desember 2025. Untuk pasar Korea, Samsung membanderol Galaxy Z TriFold dengan harga 3.594.000 won, atau setara dengan sekitar Rp40 juta. Namun, hingga saat ini Samsung belum mengumumkan kapan TriFold akan masuk secara resmi ke Indonesia, sehingga para penggemar teknologi di Tanah Air masih harus menunggu.
Dalam pernyataannya, Ronnie Ng selaku Wakil Presiden dan Kepala Mobile eXperience Samsung Electronics Singapura mengatakan bahwa TriFold akan membuka babak baru dalam inovasi smartphone. Ia menegaskan bahwa Samsung akan terus menghadirkan teknologi mutakhir yang mampu memberi kejutan bagi para penggemar setianya.
Meski begitu, sejumlah analis menilai bahwa TriFold kemungkinan lebih berperan sebagai ajang demonstrasi kemampuan teknologi Samsung ketimbang menjadi perangkat yang ditargetkan untuk mencapai penjualan besar. Ryu Young-ho, analis senior NH Investment & Securities, mengungkapkan bahwa TriFold merupakan produk generasi pertama dengan desain trifold pertama Samsung yang dipasarkan secara massal.
Hal itu membuatnya sulit diproduksi dalam jumlah besar karena masih banyak aspek yang harus terus disempurnakan, termasuk ketahanan mekanisme lipatnya.
Di sisi lain, pasar smartphone lipat dipastikan akan semakin panas. Huawei sebelumnya sudah memperkenalkan ponsel tiga lipatan pada September 2025, dan Apple dikabarkan akan merilis perangkat lipat pertamanya pada tahun 2026. Namun, meski persaingan makin ramai, pertumbuhan pasar foldable masih tersendat akibat tingginya harga dan tantangan produksi massal.