Ujung Lorong, Oleh: Dahlan Iskan

Dahlan Iskan--

Dua yang pertama berubah menjadi negara demokrasi setelah maju. Singapura tidak berubah biar pun sudah maju. 

Kita berada di lorong gelap atau sudah melihat cahaya di ujung lorong sana? 

Itulah dua sisi pandangan: negatif dan positif. 

Saya setuju perusuh Disway di komentar terpilih hari ini: kita berada di terowongan. Itu sikap realistis. Bukan positif, bukan negatif. 

Sejak Pilpres langsung tahun 2004 kita berada dalam kondisi stabil. Sudah hampir 20 tahun kita stabil. Sudah cukup panjang. Capaian kita sangat lumayan –meski tidak secepat Taiwan dan Korea Selatan. 

Kalau bisa stabil lagi 10 tahun ke depan, stabilitas kita cukup panjang: 30 tahun. Sama panjang dengan masa stabil di zaman Pak Harto. Berarti kita hebat: bisa stabil selama 30 tahun dalam keadaan demokrasi –dengan segala kekurangannya.  

Apakah kita akan bisa tetap stabil selama 10 tahun ke depan?  

Dulu sempat ada kekhawatiran ganti presiden akan membuat tidak stabil. Apalagi presiden yang terpilih beda partai. Beda gaya. Beda pula model kepemimpinannya. Toh Indonesia tetap stabil. 

Maka siapa pun capres yang terpilih seharusnya tahu: menjaga stabilitas itu sangat penting. Kalau 10 tahun ke depan bisa tetap stabil kita kini tidak hanya sedang berada di lorong tapi sudah melihat cahaya di ujung lorong. 

Cepatlah Pilpres berlalu. 

Masukilah Istana kepresidenan. Ingatlah pelajaran: jaga stabilitas.

Tag
Share